ANALISIS SEMIOTIK NOVEL HARIMAU! HARIMAU! – MOCHTAR LUBIS
ANALISIS
NOVEL HARIMAU! HARIMAU! – MOCHTAR LUBIS
- TEORI SEMIOTIKA
Semiotika adalah
ilmu tanda , istilah ini berasal dari kata Yunani semeion yangberarti
“tanda”. Winfried Noth (1993) menguraikan asal-usul kata
semiotika; secaraetimologi semiotika dihubungkan dengan kata Yunani
sign = sign dan signal = signal,sign . Tanda terdapat dimana-mana :
‘kata’ adalah tanda, demikian pula gerak isyarat,lampu lalu
lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film,
bangunan(arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai
tanda. Segala sesuatu dapatmenjadi tanda. Charles Sanders Peirce
menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir dengan sarana
tanda. Tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi.studi tentang
lambang (termasuk tanda) yang merepresentasikan obyek (benda,gagasan,
situasi, perasaan, kondisi) di luar dirinya. Konsep ini terpadu dalam
banyak teoriyang berhubungan dengan bahasa, wacana, dan kegiatan
non-verbal. Makna muncul darihubungan segitiga (triad of meaning):
obyek (referent), pikiran (reference), dan lambang. Semantika,
tentang hubungan langsung antara lambang dan obyeknya. Kamus
merupakan buku acuan semantika. Sintaktika, tentang hubungan
antar-lambang. Lambang tidak berdiri sendiri,melainkan bersama
lambang-lambang lain, dalam suatu sistem lambang yang lebih
besar yang disebut kode. Di sini, lambang dapat verbal atau
non-verbal.Pragmatika, tentang kegunaan praktis lambang pada manusia
di tengah budayatertentu.Dari perspektif semiotika, untuk sukses
komunikasi kita tidak cukup memahami lambang-lambang secara terpisah,
tetapi juga tata bahasa (sintaks) yang mengatur polahubungan
antar-lambang, serta budaya masyarakat yang menggunakannya.Diantara
sekian banyak pakar tentang semiotika ada dua orang yaitu
CharlesSanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure
(1857-1913) yang dapat dianggap sebagai pemuka-pemuka semiotika
modern. Kedua tokoh inilah yang memunculkan dua aliran utama
semiotika modern :yang satu menggunakan konsep Peirce dan yang lain
menggunakan konsep Saussure.
Ketidaksamaan itu
mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan yang mendasar :
Peirceadalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah
cikal-bakal linguistik umum. Pemahaman atas dua gagasan ini
merupakan syarat mutlak bagi mereka yangingin memperoleh pengetahuan
dasar tentang semiotika.Menurut Peirce kata ‘semiotika’, kata
yang sudah digunakan sejak abad kedelapanbelas oleh ahli filsafat
Jerman Lambert, merupakan sinonim kata logika.
.
Logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran, menurut
hipotesis Pierce yang mendasar dilakukan melalui tanda-tanda.
Tanda-tanda memungkinkan manusia berfikir,berhubungan dengan orang
lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan olehalam semesta.
Semiotika bagi Pierce adalah suatu tindakan ( action), pengaruh
(influence)atau kerja sama tiga subyek yaitu tanda (sign), obyek
(object ) dan interpretan(interpretant ). Di sisi lain,
Saussure mengembangkan bahasa sebagai suatu sistim tanda.Saussure
menggunakan kata ‘semiologi’ yang mempunyai pengertian sama
dengansemiotika pada aliran Pierce. Kata Semiotics memiliki rival
utama, kata semiology
.
Kedua kata ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasikan adanya
dua tradisi dari semiotic. Tradisi linguistik menunjukkan
tradisi-tradisi yang berhubungan dengan nama-nama Saussure sampai
Hjelmslev dan Barthes yang menggunakan istilah
semiologi
.
Sedang yang menggunakan teori umum tentang tanda-tanda dalam tradisi
yang dikaitkan denga nama-nama Pierce dan Morris menggunakan
istilahsemiotics
.
Kata Semiotika kemudianditerima sebagai sinonim dari kata
semiologi.Ahli-ahli semiotika dari aliran Saussure menggunakan
istilah-istilah pinjaman darilinguistik. Pada masa sesudah Saussure,
teori linguistik yang paling banyak menandaistudi semiotik adalah
teori Hjelmslev, seorang strukturalist Denmark. Pengaruh itutampak
terutama dalam ‘semiologi komunikasi’. Teori ini merupakan
pendekatan kaumsemiotika yang hanya memperhatikan tanda-tanda yang
disertai maksud (signal ) yangdigunakan dengan sadar oleh mereka
yang mengirimkannya (si pengirim) dan merekayang menerimanya (si
penerima). Para ahli semiotika ini tidak berpegang pada maknaprimer
(denotasi) tanda yang disampaikan, melainkan berusaha untuk
mendapatkanmakna sekunder (konotasi). Menurut Saussure, tanda
mempunyai dua entitas, yaitu signifier (signifiant / wahana
tanda / penanda / yang mengutarakan / simbol) dan signified
(
signifie / makna / petanda / yang diutarakan /thought of
reference).Menurut Peirce (dalam Hoed,1992) semiotika adalah suatu
ilmu atau metodeanalisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu
yang mewakili sesuatu. Sesuatu itudapat berupa pengalaman, pikiran,
gagasan atau perasaan.
- Sinopsis Novel HARIMAU! HARIMAU!
BAB
I
Telah seminggu Haji
Rakhmad (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, dan Pak
Balam berada di hutan mengumpulkan damar, tidak jauh dari pondok Wak
Hitam. Pak Haji yang tertua di antara mereka telah berumur 60 tahun.
Meskipun umurnya telah tua seperti itu tetapi badannya masih tetap
sehat dan kuat. Wak Katok yang berumur 50 tahun memiliki perawakan
yang kukuh dan keras, senang berpakaian serba hitam dan masih
terlihat seperti berumur 40 tahunan.
Ia juga merupakan ahli pencak dan dukun hebat di desa. Yang muda diantara mereka, Sutan berumur 22 tahun, telah berkeluarga. Talib yang berumur 27 tahun telah beristri dan beranak tiga. Sanip berumur 25 tahun juga telah beristri dan mempunyai empat anak. Buyung adalah yang termuda berumur 19 tahun. Semua anak – anak muda itu adalah murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib padanya. Dan anggota rombongan yang ketujuh dan terakhir ialah Pak Bayam yang sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam dan kurus namun ia masih kuat untuk bekerja. Mereka bertujuh paling disenangi dan dihormati oleh orang – orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang – orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama. Selain orang – orang terpandang, mereka juga sudah berkeluarga semua kecuali Buyung.
Ia juga merupakan ahli pencak dan dukun hebat di desa. Yang muda diantara mereka, Sutan berumur 22 tahun, telah berkeluarga. Talib yang berumur 27 tahun telah beristri dan beranak tiga. Sanip berumur 25 tahun juga telah beristri dan mempunyai empat anak. Buyung adalah yang termuda berumur 19 tahun. Semua anak – anak muda itu adalah murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib padanya. Dan anggota rombongan yang ketujuh dan terakhir ialah Pak Bayam yang sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam dan kurus namun ia masih kuat untuk bekerja. Mereka bertujuh paling disenangi dan dihormati oleh orang – orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang – orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama. Selain orang – orang terpandang, mereka juga sudah berkeluarga semua kecuali Buyung.
BAB II – Wak Hitam
Wak Katok mempunyai
sebuah senapan yang paling ampuh di dalam kelompok tersebut. Senapan
ini tidak jarang dipinjamkan kepada Buyung karena tahu bahwa ia
sangat senang dan bahkan pandai menggunakan senapan. Karena mempunyai
senapan itu, mereka sering berburu rusa dan babi. Babi ini sering
masuk ke rumah Wak Hitam. Karena itu pula terjadi perkenalan dengan
Wak Hitam, bahkan mereka sering memgimap di pondok Wak Hitam ini. Wak
Hitam adalah seorang laki – laki yang berusia 70 tahun. Orangnya
kurus, berkulit hitam, menyukai celana dan baju hitam.
Ia senang tinggal berbulan – bulan di hutan atau di
ladangnya bersama Siti Rubiyah, istri keempatnya yang cantik dan
masih muda belia. Wak Hitam pandai menggunakan sihir dan memiliki
ilmu gaib. Menurut Wak Katok dalam hal ilmu gaib, Wak Hitam adalah
gurunya. Wak Hitam senang mencari perawan muda untuk penyegar
dirinya. Bila ia sakit dimintanya pada istrinya untuk mendekap pada
tubuhnya, agar darah muda istrinya mengalir ke tubuhnya dan ia akan
lekas sembuh kembali. Orang – orang percaya bahwa Wak Hitam senang
tinggal di hutan karena ia memelihara jin, setan, iblis, dan harimau
jadi – jadian.
Ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai anak buah bekas pemberontak yang menjadi perampok dan penyamim yamg tinggal di hutan. Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai tambang yang dirahasiakannya di dekat ladangnya. Mereka bertujuh sampai di pondok Wak Hitam sebelum malam tiba. Dengan gembira mereka menyantap masakan Rubiyah karena selama di hutan mereka belum pernah menikmati masakan yang enak. Merekapun tertarik akan keindahan tubuh Rubiyah. Buyung si rombongan anggota termuda dan satu – satunya yang masih bujangan, tergila – gila akan kecantikan Rubiyah. Dalam hatinya, ia membandingkan kelebihan Rubiyah dan Zaitun tunangannya di kampung. Sanip, Talip, dan Wak Katok sering tidak dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti Rubiyah.
BAB III – Cinta Terlarang
Ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai anak buah bekas pemberontak yang menjadi perampok dan penyamim yamg tinggal di hutan. Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai tambang yang dirahasiakannya di dekat ladangnya. Mereka bertujuh sampai di pondok Wak Hitam sebelum malam tiba. Dengan gembira mereka menyantap masakan Rubiyah karena selama di hutan mereka belum pernah menikmati masakan yang enak. Merekapun tertarik akan keindahan tubuh Rubiyah. Buyung si rombongan anggota termuda dan satu – satunya yang masih bujangan, tergila – gila akan kecantikan Rubiyah. Dalam hatinya, ia membandingkan kelebihan Rubiyah dan Zaitun tunangannya di kampung. Sanip, Talip, dan Wak Katok sering tidak dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti Rubiyah.
BAB III – Cinta Terlarang
Pada suatu hari
mereka melihat hal – hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit. Banyak
orang yang berpakaian serba hitam datang ke pondok dan menyerahkan
bungkusan rahasia kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai seorang
tukang cerita dan juru ramal di pondok tersebut. Berbagai ramalan
disampaikan peramal itu tentang jalan hidup Buyung, Sutan, Talib, dan
Sanip.
Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan berahi Wak Katok menyaksikan Rubiyah berkecipung mandi tanpa busana. Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik – manik ditariknya Rubiyah masuk ke dalam semak belukar. Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiyah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiyah yang sedang mandi. Akhirnya terjadilah hubungan intim antara keduanya. Rubiyah pun menceritakan kalau dirinya juga jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa tekah jatuh cinta dan merasa wajib melindungi menyelamatkan Rubiyah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku.
BAB IV – Ancaman Harimau
Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan berahi Wak Katok menyaksikan Rubiyah berkecipung mandi tanpa busana. Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik – manik ditariknya Rubiyah masuk ke dalam semak belukar. Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiyah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiyah yang sedang mandi. Akhirnya terjadilah hubungan intim antara keduanya. Rubiyah pun menceritakan kalau dirinya juga jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa tekah jatuh cinta dan merasa wajib melindungi menyelamatkan Rubiyah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku.
BAB IV – Ancaman Harimau
Terjadilah perbuatan
terlarang yang tak dapat mereka kendalikan lagi. Mereka melalap
kepuasan masing – masing. Setelah Buyung kembali ke tempat
rombongan bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah
berbuat dosa. Ia ingin membebaskan Rubiyah dengan menjadikannya
sebagai istri tapi ia masih tetap mencintai Zaitun.
Setelah bermalam, paginya mereka pergi berburu ke tempat kumpulan rusa yang sekaligus juga kumpulan harimau. Setelah menunggu beberapa saat, Buyung berhasil membidik seekor rusa jantan. Mereka pun langsung ke tempat bermalam dan menguliti rusa tersebut di situ. Tapi tiba – tiba, mereka semua mendengar auman seekor harimau. Dengan cepat mereka memasak rusa tersebut dan langsung pergi. Setelah perjalanan setengah hari dan tak lagi mendengar suara harimau, mereka beristirahat untuk makan dan setelah selesai semuanya mereka langsung saja melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat bermalam. Lalu mereka membuat sebuah pondok dan api unggun. Ketika Pak Balam buang hajat, harimau menerkam dan membawanya masuk ke dalam hutan. Setelah mereka sadar, dengan cepat Wak Katok menembak ke arah harimau dan harimau tersebut akhirnya lari dan meninggalkan Pak Balam. Tubuhnya penuh luka, goresan, dan darah. Setelah sadar Pak Balam lalu berkata bahwa ia telah memiliki firasat sebelumnya. Lalu ia menceritakan mimpi – mimpi buruknya ketika masih di kampung dan di rumah Wak Hitam. Lalu Pak Balam meminta mereka semua untuk bertobat dan mengakui semua dosa – dosanya. Tapi tak ada satu orangpun yang mau mengakui dosa – dosanya.
Setelah bermalam, paginya mereka pergi berburu ke tempat kumpulan rusa yang sekaligus juga kumpulan harimau. Setelah menunggu beberapa saat, Buyung berhasil membidik seekor rusa jantan. Mereka pun langsung ke tempat bermalam dan menguliti rusa tersebut di situ. Tapi tiba – tiba, mereka semua mendengar auman seekor harimau. Dengan cepat mereka memasak rusa tersebut dan langsung pergi. Setelah perjalanan setengah hari dan tak lagi mendengar suara harimau, mereka beristirahat untuk makan dan setelah selesai semuanya mereka langsung saja melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat bermalam. Lalu mereka membuat sebuah pondok dan api unggun. Ketika Pak Balam buang hajat, harimau menerkam dan membawanya masuk ke dalam hutan. Setelah mereka sadar, dengan cepat Wak Katok menembak ke arah harimau dan harimau tersebut akhirnya lari dan meninggalkan Pak Balam. Tubuhnya penuh luka, goresan, dan darah. Setelah sadar Pak Balam lalu berkata bahwa ia telah memiliki firasat sebelumnya. Lalu ia menceritakan mimpi – mimpi buruknya ketika masih di kampung dan di rumah Wak Hitam. Lalu Pak Balam meminta mereka semua untuk bertobat dan mengakui semua dosa – dosanya. Tapi tak ada satu orangpun yang mau mengakui dosa – dosanya.
BAB V – Gotong
Royong
Setelah sembahyang,
mengobati luka Pak Balam dan membuat usungan mereka lantas pergi.
Keranjang damar mereka tinggalkan. Selama perjalanan, panas Pak Balam
tak juga reda, mereka ingin cepat – cepat sampai kampung agar Pak
Balam dapat segera diobati. Talib berada di barisan paling belakang,
ketika ia hendak membuang air seni harimau telah membawanya
lari.
Mereka mengikuti jejak harimau tersebut, dan ia di tempat terbuka di dalam hutan mereka menemukan Talib yang sudah berlumuran darah. Karena kaget akan serangan rombongan itu, harimau lantas pergi. Semua ikut membantu menyembuhkan Talib dengan kekuatan lima orang itu walaupun akhirnya ia sendiri meninggal. Semua ikut membantu kecuali Wak Katok karena ia adalah seorang pemimpin.
Mereka mengikuti jejak harimau tersebut, dan ia di tempat terbuka di dalam hutan mereka menemukan Talib yang sudah berlumuran darah. Karena kaget akan serangan rombongan itu, harimau lantas pergi. Semua ikut membantu menyembuhkan Talib dengan kekuatan lima orang itu walaupun akhirnya ia sendiri meninggal. Semua ikut membantu kecuali Wak Katok karena ia adalah seorang pemimpin.
BAB VI – Jatuhnya
Korban Lagi
Esok paginya Talib
dikuburkan, Pak Haji dan sutan menjaga pondok serta Pak Balam.
Sedangkan yang lain pergi memburu harimau. Sutan tak tahan mendengar
igauan Pak Balam yang meminta untuk mengaku dosa. Ia pun pergi
meninggalkan Pak Haji dan Pak Balam yang sedang sakit dan pergi
menyusul kawan – kawan yang lainnya.
Sedangkan di tempat lain, di dalam hutan Wak Katok dan Pasukannya terus mengikuti jejak harimau. Pada saat mereka merasa sudah dekat dengan sang harimau, mereka menyusun rencana sedemikian rupa. Mereka lantas bersembunyi di belakang pohon yang besar dan menunggu sang harimau tiba. Malam pun tiba, saat itu juga mereka mendengar jeritan manusia, dan auman harimau seecara bersamaan. Tapi mereka tak hendak untuk menolongnya, dan memutuskan kembali ke tempat mereka bermalam. Ketika sampai di tempat bermalam, Pak Haji menanyakan keberadaan Sutan. Mereka menggeleng, dan menceritakan apa yang terjadi pada dua tempat yang berbeda, mereka pun menyimpulkan bahwa yang menjadi korban harimau tersebut ialah Sutan. Pagi – pagi ketika mereka bangun, mereka terkejut karena Pak Balam akhirnya meninggalkan dunia. Setelah selesai mengubur Pak Balam, mereka semua memutuskan untuk pergi berburu.
Sedangkan di tempat lain, di dalam hutan Wak Katok dan Pasukannya terus mengikuti jejak harimau. Pada saat mereka merasa sudah dekat dengan sang harimau, mereka menyusun rencana sedemikian rupa. Mereka lantas bersembunyi di belakang pohon yang besar dan menunggu sang harimau tiba. Malam pun tiba, saat itu juga mereka mendengar jeritan manusia, dan auman harimau seecara bersamaan. Tapi mereka tak hendak untuk menolongnya, dan memutuskan kembali ke tempat mereka bermalam. Ketika sampai di tempat bermalam, Pak Haji menanyakan keberadaan Sutan. Mereka menggeleng, dan menceritakan apa yang terjadi pada dua tempat yang berbeda, mereka pun menyimpulkan bahwa yang menjadi korban harimau tersebut ialah Sutan. Pagi – pagi ketika mereka bangun, mereka terkejut karena Pak Balam akhirnya meninggalkan dunia. Setelah selesai mengubur Pak Balam, mereka semua memutuskan untuk pergi berburu.
BAB VII – Matinya
Harimau
Wak Katok memutuskan
mengambil jalan pintas, ternyata jalan pintas itu melewati hutan yang
sangat lembab. Hutan ini pun seperti tak pernah disentuh makhluk
hidup kecuali babi dan badak. Mereka ingin keluar dari rimba jahat
tersebut, tetapi Wak Katok yang menjadi pemimpin rombongan tersebut
hanya membuat mereka berputar – putar di jalan yang sama karena
sebenarnya Wak Katok takut memburu harimau. Setelah itu, Wak Katok
malah marah – marah sendiri, dan memaksa satu persatu orang untuk
mengakui dosa – dosanya. Semuanya mau menurut kecuali Buyung. Wak
Katok memaksa Buyung dengan cara meletakkan senapan di dadanya, dan
saat itu pula suara auman harimau terdengar. Setelah harimau pergi,
Wak Katok tak dapat diajak berbicara lagi yang akhirnya Wak Katok pun
mengusir mereka.
Buyung, Pak Haji, dan Sanip menyusun rencana untuk mengambil senapan. Senapan berhasil diambil setelah melalui perkelahian. Wak Katok akhirnya pingsan dan akhirnya Pak Haji meninggal karena luka yang disebabkan oleh Wak Katok. Setelah sihir yang dimiliki oleh Wak Katok, Buyung menyusun rencana yang sangat bagus hingga akhirnya dapat membunuh harimau tersebut.
Ia membunuh dengan cara melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimaupun mati. Ketika itu ia menggunakan Wak Katok sebagai umpan karena Wak Katok diikat di sebuah batang pohon yang besar. Kini mengertilah Buyung maksud kata – kata Pak Hajibahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesame manusia dan ia akan sungguh – sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal – hal yang bersifat takhayul, mantera – mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok.
Buyung, Pak Haji, dan Sanip menyusun rencana untuk mengambil senapan. Senapan berhasil diambil setelah melalui perkelahian. Wak Katok akhirnya pingsan dan akhirnya Pak Haji meninggal karena luka yang disebabkan oleh Wak Katok. Setelah sihir yang dimiliki oleh Wak Katok, Buyung menyusun rencana yang sangat bagus hingga akhirnya dapat membunuh harimau tersebut.
Ia membunuh dengan cara melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimaupun mati. Ketika itu ia menggunakan Wak Katok sebagai umpan karena Wak Katok diikat di sebuah batang pohon yang besar. Kini mengertilah Buyung maksud kata – kata Pak Hajibahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesame manusia dan ia akan sungguh – sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal – hal yang bersifat takhayul, mantera – mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok.
- Analisis Novel Harimau! Harimau!
- Harimau(simbol) nafsu untuk berkuasa yang ada pada setiap orang
- Wak Katok(penanda) orang yang dihormati, tipe tokoh yang mudah sekali dikenali dalam masyarakat Indonesia, pemimpin yang belindung di depan cermin, munafik, lalim dan menindas(petanda)
- Buyung(penanda) angkatan muda, tokoh muda pemberani, yang digunakan pengarang sebagai kaum muda Indonesia.kaum muda yang sesekali hanya mengikuti arus pemerintah namun terkadang juga berani bangkit menuntut perubahan dan reformasi seperti yang dilakukan para pemuda pada tahun 1998(petanda)
- Siti Rubiyah(penanda) perempuan yang lemah Rakyat(petanda)
- Wak hitam(penanda) penguasa yang ingin menguasai rakyatnya(petanda)
- Kaki kiri pak balam yang terluka(penanda) aliran politik(PKI) yang sudah tidak jalan/kalah (petanda)
- Pak haji(penanda) sosok pemimpin yang intelektual tetapi takut membela kebenaran. Tipe pemimpin intelektual ini biasanya tidak berani bersuara menentang kezaliman, mengasingkan diri dari masalah bangsanya, dan lebih baik memikirkan keselamatan dirinya sendiri(petanda)
4 komentar
wah sayag sekali gak ada pembahasannya, ini sih cuma pembedahannya aja neng :)
BalasHapusIya,
Hapusmaaf bgd ya :)
mungkin mau menambahkan? Hehe
aku lagi nyari kajian relevan buat semiotika. boleh gak minta kajian lengkapnya.
BalasHapusklo boleh kirim aja ke e-mail-ku try.murdani@yahoo.com.
maaf, kajian relevannya belum ada.
BalasHapus