Ceritaku...
Cerita ini hanya fiksi belaka,
yang sama hanya latar tempat saja...
Pohon
Kembar, Kenanganku
Sore
ini ditemani hujan yang membasahi kota Jogja, aku kembali lagi ke tempat ini.
Alun-alun Selatan Yogyakarta. Setelah perpisahan kita dua tahun lalu, ini
pertama kalinya aku melihat pohon kembar itu lagi. Dulu aku enggan menginjakkan
kaki ke tempat ini, meskipun hanya sekedar lewat. Pohon kembar itu menyimpan
kenangan tentang kita.
“Di tengah pohon kembar ini aku
berjanji akan selalu bersamamu, selamanya akan tetap mencintaimu, Lovi”
Kata-kata
itu kau ucapkan dua tahun lalu. Tapi aku mengingatnya hingga hari ini. Seolah
kata-kata itu melekat terus di otak dan hatiku. Dulu, ketika kau mengucapkan janji
itu, kita baru saja mengikrarkan diri menjadi sepasang kekasih. Hari yang
sangat membahagiakan. Tak ada yang mengira jika aku, si gadis pembosan berani
berkomiten.
Saat
itu aku baru saja patah hati. Ditolak seorang lelaki. Menyedihkan bukan? Aku
menangis berhari-hari layaknya gadis yang kehilangan semangat hidup. Hanya
karena seorang lelaki. Bodoh rasanya. Lalu, aku bertemu denganmu. Kita
berkenalan lewat teman SMAku dan akhirnya saling jatuh cinta.
Tak
ada kata-kata romantis seperti yang sering kulihat dalam drama korea untuk
menandai dimulainya hubungan kita. Hanya ada kesepakatan. Tapi bukankan harus
ada kata sepakat baru bisa menjadi satu? 27 Juni 2010, disaksikan pohon kembar
itu kita mengikrarkan janji sebagai sepasang kekasih.
Setengah
tahun berlalu dengan cepat. Kuliah kita yang sudah memasuki semester akhir
membuat pertemuan kita tidak lagi intens. Susah sekali menyamakan waktu supaya
kita bisa bertemu. Tetapi kita saling mengerti dan memahami. Setidaknya itulah
yang kupercayai. Hingga akhirnya kau lulus terlebih dulu dan meminta izin untuk
pulang ke tanah kelahiranmu, Sumatera.
“Aku
harus pulang. Tanah kelahiranku sudah memanggil.”
“Bagaimana
dengan aku? Apakah kau akan kembali?” tanyaku.
“Aku
pernah berjanji akan selalu bersamamu, dan selamanya akan tetap begitu.”
“Benarkah?”
“Kau
ragu?”
“Tidak
sama sekali. Aku percaya kau akan menepati janjimu.”
Enam
bulan lewat begitu saja. Kita terpisahkan oleh lautan yang begitu luas.
Meskipun masih saling berkomunikasi lewat telepon dan dunia maya. Tetapi
bagiku, itu semua bagai bayangan semu.
Sekarang,
masih ditemani pohon kembar itu. Bedanya sekarang aku sendirian. Tak ada lagi dirimu.
Tapi hatiku masih sama. Masih memegang janji yang kau ucapkan dulu. Tapi aku
sudah tak lagi berharap kau memenuhi janjimu.
Tempat
ini memiliki tigaratus kenangan tentang kita. Dua tahun lalu, kita berjanji
setia di bawah pohon kembar itu. Dibawah pohon kembar itu pula kita berpisah. Tepat
sehari setelah anniversary kita yang
kedua, kau datang menemuiku dengan membawa sepucuk surat undangan berwarna pink. Ada namamu disitu, tapi tak ada
namaku. Kau bilang bahwa kau dijodohkan. Sangat klasik, dizaman yang sudah
modern ini masih saja ada perjodohan sepihak. Padahal kau lelaki. Tapi, kau
adalah lelaki yang ingkar janji. Kita berakhir.
******
Aku beranjak pergi setelah cukup
lama bernostalgia dengan pohon kembarku. Aku berharap air dari langit yang
perlahan turun mampu menyamarkan airmataku. Seperti jutaan tetes air hujan yang
membasahi bumi, seperti itu juga cinta yang pernah kusimpan untukmu, dulu.
Jogja,
9 April 2013 15.52 wib.
0 komentar