Setelah Tiga Tahun
“Jatuh
cinta adalah ketika kau mengharapkan keberadaannya,
di
saat dia tiada.” (Santhy
Agatha)
*****
Lelaki itu masih
berdiri di atas jembatan sungai Han. Ia terus saja memperhatikan aliran air di
depannya. Matanya menatap pantulan dirinya di air, tampak sedih. Namanya Karel.
Sosok lelaki nyaris sempurna dengan ketampanan yang mampu membuat gadis-gadis
terpesona. Pewaris tunggal perusahaan elektronik terkenal di Indonesia yang
memiliki kebijaksanaan dalam memimpin perusahaan. Sayang, kesempurnaan yang ada
pada dirinya tak mampu membuatnya mudah dalam meraih cinta sejatinya. Ia tetap
sendiri, menjaga cinta yang sama, bahkan setelah tiga tahun ditinggalkan.
***
Tiga tahun yang lalu
Pesawat yang ia
tumpangi dari Indonesia baru saja mendarat di bandara Incheon, Seoul, Korea
Selatan, setelah menempuh perjalanan udara yang melelahkan. Ia segera mengeluarkan
hp dan mengetik pesan untuk Ibunya.
Ibu, aku sudah tiba di
Seoul dengan selamat, besok aku akan menemui gadis yang kalian jodohkan padaku.
Dibacanya
sekali lagi pesan itu sekali lagi lalu ia menekan tombol send.
Akhirnya aku akan bertemu gadis
itu,
ucapnya dalam hati. Ia lalu melangkah dan keluar dari bandara Incheon.
Perjalanan dari bandara ke apartemen
membutuhkan waktu lumayan lama karena apartemennya jauh dari bandara. Ia
langsung merebahkan diri ke kasur sesampainya di apartemen tanpa membereskan
barang bawaannya terlebih dahulu. Saat ia terbangun, matahari telah tenggelam.
Ia membuka jendela kamar apartemennya dan takjub dengan keindahan kota Seoul
yang berhiaskan kelap-kelip lampu yang bersinar terang. Ditangannya ada
selembar foto seorang gadis. Ia menutup kembali jendela yang dibukanya dan
melangkah keluar dari apartemen.
Nama gadis itu Yoo Na. Ia lahir di
Seoul dan menghabiskan hampir seluruh hidupnya disana. Bahkan ketika Ayahnya
dipindah tugaskan ke Indonesia, Ia tetap memilih tinggal di Korea untuk
melanjutkan kuliahnya yang sudah memasuki tahun terakhir. Ayah Karel dan Ayah
Yoo Na adalah sahabat sejak sekolah menengah, jadi tidak heran jika akhirnya
mereka memutuskan untuk menjodohkan kedua anak mereka. Disinilah Karel
sekarang, duduk dan menunggu di restoran khas Korea, jauh-jauh dari Indonesia
hanya untuk bertemu dengan gadis pilihan orangtuanya.
Seorang gadis cantik
mengenakan gaun ungu muda yang nyaris putih melangkah dengan anggun ke dalam
restoran. Dari matanya ia kelihatan sedang mencari seseorang. Tiba-tiba gadis
itu tersandung kaki meja di dekatnya, menandakan bahwa ia gadis yang ceroboh. Di
tengah ruangan Karel sedang memperhatikan gadis yang baru saja masuk ke
restoran. Gadis yang sangat cantik. Ketika akhirnya mata mereka saling
berpandangan, Karel merasakan jantungnya berdegup kencang, ia tahu bahwa ia
telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis itu.
“Hai, aku Yoo Na.
Apakah benar kau yang bernama Karel?” Yoo Na menghampiri Karel dan
memperkenalkan diri.
Karel tertegun menatap
sosok gadis cantik yang kini berada tepat di depannya. Jantungnya berdetak
semakin cepat. Ia kemudian berdiri, memperkenalkan diri dan menjabat tangan Yoo
Na. “Hai juga, aku Karel. Silahkan duduk Yoo Na.”
“Aku rasa kita tidak
perlu basa basi Karel, aku sudah tahu bahwa kita telah dijodohkan. Hanya saja,
aku tidak menyangka ternyata kau menerima perjodohan yang konyol ini.” Yoo Na
memulai pembicaraan. Pada ucapannya terdengar sedikit nada mengejek.
Karel tertegun. Ia tak
menyangka jika Yoo Na akan berbicara seperti itu. Ia menenangkan dirinya dan
mulai berbicara lagi. “Ya, kau benar. Aku memang menerima perjodohan ini karena
aku tahu orangtuaku pasti menginginkan yang terbaik untukku. Dan dari ucapanmu
barusan, aku tahu bahwa kau menentang perjodohan ini.” Karel melihat Yoo Na
terdiam. Ia tahu pasti gadis itu tersinggung dengan ucapannya. Tetapi ia masa
bodoh dan terus saja berbicara. “Kau tahu Yoo Na, aku sudah berpacaran dengan
banyak gadis sebelum ini, jadi jika kau menolakku saat ini, aku akan merasa
baik-baik saja.”
Dahi Yoo Na mengernyit
mendengar ucapan Karel. Ia memang sudah tahu bahwa Karel adalah seorang playboy
dan pemalas meskipun ia pewaris tunggal perusahaan ternama, makanya ia menolak
perjodohan ini. Lagipula ia masih ingin mengejar cita-citanya dan tidak ingin
buru-buru menikah. Hanya saja Yoo Na tidak menyangka jika Karel akan berbicara
seperti itu padanya.
“Baiklah kalau begitu,
aku permisi dulu jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan denganku. Selamat
tinggal.” Yoo Na beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Karel yang
masih duduk dikursinya sendirian.
Karel menatap kepergian
Yoo Na dengan sedih. Hatinya merasa sakit saat mengetahui Yoo Na menolak
perjodohan mereka. Ia menghabiskan minumannya lalu kembali ke apartemennya.
***
Dia
sangat tampan. Aku menyukainya, tapi bagaimana mungkin aku bisa bersamanya.
Entah sudah berapa banyak gadis yang dibohonginya. Playboy seperti dia pasti
hanya akan membuat patah hati.
Yoo
Na berbicara sendiri di dalam kamarnya. Menyesali kejadian antara ia dan Karel
di restoran. Tadi ia menolak Karel dan sekarang malah menginginkannya.
Benar-benar plin-plan. Kemudian ia tertidur.
Yoo Na terlonjak dari tidurnya
ketika hpnya berdering. Ia mengambil hp dan melihat ada nomor tidak dikenal
dilayarnya. Ia sedikit emosi ketika melihat jam di samping meja baru
menunjukkan pukul 7 pagi. Ia tidak habis pikir, orang gila mana yang
menelponnya sepagi ini.
“Siapa
ini?” Teriak Yoo Na.
“Hei
Yoo Na jangan teriak pagi-pagi, aku tidak tuli.” Jawab suara di seberang
telpon.
“Karel?”
Yoo Na terkejut.
“Iya
ini aku, ada yang ingin aku bicarakan padamu.”
“Bicara
saja lewat telpon, aku akan mendengarkan.”
“Yoo
Na, aku tahu kau menolak perjodohan ini, tapi tidak ada salahnya jika kita
berteman, bukan begitu?”
“Ya,
benar juga. Lalu apa yang kau inginkan?”
“Sekarang
keluarlah dari apartemenmu dan temani aku jalan-jalan. Kau sudah lama tinggal
di Korea, kau pasti tahu tempat yang bagus disini. Aku berada di depan kamarmu.”
“Kau
berada di depan kamarku?” Yoo Na terkejut dan melompat dari tempat tidurnya.
“Apakah kau kurang kerjaan mengajakku berjalan-jalan sepagi ini? Aku baru saja
bangun dan belum mandi.”
“Kalau
begitu segeralah mandi Yoo Na.”
“Baiklah,
beri aku waktu lima belas menit.” Yoo Na mematikan telpon dan segera berlari ke
kamar mandi.
Lima
belas menit kemudian Yoo Na membuka pintu kamarnya dan menatap Karel yang sudah
berdiri di depannya.
“Kau
lama sekali Yoo Na, aku capek menunggumu dari tadi.” Ucap Karel kesal.
“Salahmu
sendiri Karel, kau datang terlalu pagi.” Jawab Yoo Na.
“Sudahlah,
jangan terlalu banyak bicara, ayo berangkat dan tunjukkan jalannya.” Ucap Karel
sambil menarik tangan Yoo Na.
***
Pemandangan
yang berada di depan mereka sangat indah. Karel yang merupakan pecinta alam
sangat takjub dengan pemandangan yang di lihatnya.
“Ini
sungai apa Yoo Na?” Tanya Karel.
“Ini
namanya Sungai Han. Sungai ini sering di pakai dalam syuting drama korea. Sungai
Han mengalir melewati Seoul dan bergabung dengan Sungai Imjin sebelum bermuara
ke Laut Kuning. Apa kau tahu bahwa sungai Han merupakan sungai terpanjang ke 4
di Korea, Karel?” Yoo Na menoleh ke arah Karel yang terlihat sedang
memperhatikannya.
Karel
buru-buru menoleh ke arah lain ketika tahu bahwa ia ketahuan sedang
memperhatikan Yoo Na dan menjawab pertanyaan gadis itu. “Tentu saja aku tidak
tahu, aku kan bukan orang Korea.”
“Kau
tahu Karel, sungai Han sangat Indah jika dilihat saat malam hari. Aku sangat
ingin melihatnya, tapi sayang sekali aku tak pernah punya waktu” Celoteh Yoo Na
lagi.
“Benarkah
begitu? Ah, lain kali kita kesini pada malam hari ya?”
“Baiklah.”
“Ayo
kita pergi, aku lapar.”
Selama satu bulan
mereka saling bertemu dan selama itu pula baik Karel maupun Yoo Na sangat
menikmati kebersamaan mereka. Keadaan yang jauh berbeda jika melihat penolakan
Yoo Na pertama kali terhadap Karel.
Hp Yoo Na bergetar dari
dalam tas, menandakan ada pesan masuk. Ia mengambil hpnya dan membuka pesan
itu.
Yoo Na, kau sibuk tidak
malam ini? Aku mau mengatakan sesuatu. Ku tunggu di sungai Han malam ini jam 7
ya?
Ya
Karel. Yoo Na mengetik pesan balasan dan menyimpan hpnya
kembali.
Karel sudah berada di
sungai Han sejak pukul setengah tujuh. Ia sudah tidak sabar untuk mengungkapkan
isi hatinya pada Yoo Na. Karel yakin sekali jika Yoo Na juga memiliki perasaan
yang sama jika mengingat kedekatan mereka satu bulan terakhir. Karel tersenyum
sendiri membayangkan Yoo Na akan menerima cintanya.
Karel mulai gelisah, ia
terus saja melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah satu jam Karel
menunggu Yoo Na, tapi Yoo Na belum datang juga. Ia khawatir terjadi sesuatu
yang buruk pada Yoo Na. Tiba-tiba hpnya berbunyi, ada pesan masuk dari Ibunya.
Karel, Yoo Na
kecelakaan. Segeralah ke rumah sakit. Kami akan secepatnya terbang ke Korea.
Tangan Karel gemetar.
Tanpa berpikir panjang ia langsung menuju rumah sakit. Tak henti-hentinya ia
berdoa agar Yoo Na selamat. Sesampainya di rumah sakit, Karel langsung menuju
bagian informasi dan menanyakan mengenai korban kecelakaan bernama Yoo Na.
Seorang perawat mengantarnya ke Unit Gawat Darurat dan memberi tahunya bahwa
Yoo Na tidak bisa diselamatkan karena mengalami benturan yang sangat keras di
kepalanya.
Karel tidak bisa
berkata-kata lagi setelah mendengar perkataan perawat itu. Air mata mengalir
deras di wajahnya. Ia menyesali dirinya yang terlambat untuk memberi tahu Yoo
Na jika Ia mencintai gadis itu.
***
Suasana pemakaman mulai
sepi. Para pelayat sudah banyak yang meninggalkan pemakaman, tetapi Karel masih
terdiam disana, tidak mampu beranjak dari makam Yoo Na. Di tangan Karel ada
seikat bunga mawar putih kesukan Yoo Na. Diletakkannya bunga itu di atas tanah
makam Yoo Na lalu melangkah pergi.
1 komentar
Duh... jd sedih..
BalasHapus