SOSIOLINGUISTIK
PORTOFOLIO
TUGAS
SOSIOLINGUISTIK
Disusun
oleh :
Nurlovi Lestari
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2012
Variasi Bahasa
(VARIASI
REGIONAL, VARIASI SOSIAL, DAN STUDI VARIASI)
Oleh: Firdawati,
S.Pd.
A.
Pendahuluan
Topik yang paling
populer dan utama dalam sosiolinguistik adalah variasi bahasa.
Berkembang pendapat bahwa sosiolinguistik adalah disiplin ilmu yang
menelaah variasi bahasa atau bahasa dalam masyarakat.
Variasi bahasa
dipandang sebagai suatu fenomena kebahasaan yang memiliki dua sisi.
Dari sisi internal, variasi dianggap sebagai suatu varian yang tidak
memberi pengaruh. Sementara dari sisi lainnya yaitu sudut
sosiolinguistik, variasi ”dicurigai” karena mengandung makna
tertentu.
Pada tulisan ini
akan dijelaskan tentang variasi bahasa yang mencakup regional dan
variasi sosial. Selain itu dijelaskan beberapa studi tentang variasi
bahasa.
B. Variasi
Bahasa
Variasi bahasa
merupakan pokok bahasan dalam studi sosiolinguistik, sehingga
Kridalaksana (1974, dalam Chaer dan Agustina 2004:61) mendefinisikan
sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang menjelaskan ciri-ciri
variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri bahasa tersebut
dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.
1. Jenis Variasi
Bahasa
Wardhough (1990:127)
membedakan variasi bahasa menjadi variasi regional dan variasi
sosial. Kedua variasi bahasa tersebut akan dijelaskan berikut ini:
- Variasi Regional
Di masa lampau
ketika teknologi komunikasi dan perkembangan media masa belum semaju
sekarang, orang dapat menyaksikan betapa gunung dan sungai memisahkan
kelompok-kelompok manusia yang menyebabkan munculnya
perubahan-perubahan bahasa. Misalnya di Inggris pada pengucapan
kata-kata bahasa Inggris oleh orang-orang London, Manchester, dan
Hyde. Kata ’brush’ orang London mengucap [brLs], orang Manchester
mengucapkan [bras], dan orang Hyde mengucapkan [brais]. Di Indonesia
misalnya kata cengkeh,
orang Batak Karo menyebut singke,
orang Minangkabau menyebut cangkeh,
orang Lampung menyebut cangkih,
orang Madura menyebut cengke,
dan orang Flores menyebut singke
(Wijayakusuma,
1996:35)
Contoh-contoh di
atas membuktikan bahwa karena rintangan geografis seperti gunung dan
sungai, bahasa yang tadinya merupakan satu alat komunikasi bersama
yang seragam antar kelompok mengalami perubahan sebagai akibat dari
perpindahan kelompok-kelompok manusia itu dari lokasi yang satu ke
lokasi yang lain. variasi bahasa yang disebabkan oleh faktor-faktor
geografis ini menciptakan bahasa baru yang mungkin masih dipahami
oleh semua kelompok penuturnya, namun telah mengalami berbagai
perubahan. Bahasa baru ini disebut dialek.
- Variasi Sosial
Kehidupan sosial
dalam masyarakat sangat mempengaruhi tingkah laku berbahasa.
Kedudukan sosial atau kelas sosial mengacu kepada golongan masyarakat
yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti
ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta dan sebagainya.
Seorang individu
mungkin mempunyai status sosial yang lebih dari satu. Misalnya si A
adalah seorang guru yang suaminya seorang pejabat. Jika dia seorang
guru PNS, dia masuk ke dalam kelas pegawai negeri dan juga masuk ke
dalam kelas istri pejabat. Ketika dia berkomunikasi dengan sesama
PNS, bahasa yang digunakannya akan berbeda ketika dia berkomunikasi
dengan teman-temannya sesama istri pejabat. Variasi ini menyebabkan
munculnya ragam-ragam khusus yang lazim dituturkan oleh masing-masing
kelompok tersebut yang dinamakan sosiolek.
Dalam pengkajian
sosiolek ditemukan beberapa istilah yang menunjukkan adanya variasi
tertentu yang menghasilkan ragam-ragam bahasa tertentu pula. Istilah
yang terkait dengan sosiolek adalah (1) akrolek, (2) basilek, (3)
vulgar, (4) slang, (5) kolokial, (6) jargon, (7) argot, dan (8) ken
(Nursaid dan Maksan, 2002:177).
Akrolek adalah
ragam bahasa sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi
daripada ragam sosial lainnya. Basilek
adalah
ragam bahasa sosial yang dianggap sebagai ragam yang kurang bergengsi
atau dipandang rendah. Vulgar
adalah
variasi sosial yang digunakan oleh kelompok yang kurang terpelajar
atau kurang berpendidikan. Slang
adalah
variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Slang bersifat
temporal karena slang pada suatu saat yang akan dilupakan dan muncul
slang lain yang lebih baru. Pemakai slang kebanyakan adalah golongan
remaja. Kolokial
adalah
variasi bahasa yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Ragam
kolokial tidak digunakan dalam bahasa tulis. Jargon
adalah
variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial
tertentu. Ungkapan dalam bahasa jargon kurang dipahami oleh kelompok
luar namun tidak bersifat rahasia. Umpamanya bidang kedokteran,
politik dan ekonomi. Argot
adalah
variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Contoh argot dalam masyarakat Indonesia adalah
bahasa kaum atau kelompok waria. Ken
adalah variasi sosial tertentu yang bernama memelas, dibuat-buat,
merengek-rengek, dan penuh kepura-puraan, biasanya digunakan oleh
para pengemis.
Studi Variasi
Bahasa
Contoh penelitian
variasi bahasa adalah penelitian yang dilakukan oleh Lili Suryani
(2001) yang berjudul Register
Bahasa Waria di Kota Padang (Suatu Tinjauan Deskriptif). Berdasarkan
penelitiannya, Lili Suryani menyimpulkan bahwa bentuk register yang
dipakai di kalangan waria adalah (1) mempunyai bentuk kosakata yang
khas (berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa asing), (2) dalam
bentuk kata, terjadi pada suku kata terakhir dengan cara
memutarbalikkan susunan suku kata, dan ada yang ditambah dengan fonem
tertentu, dihilangkan fonemnya, atau kombinasi keduanya, dan (3)
makna kosakata mengalami dua perubahan, yaitu perubahan makna kata
tersebut tidak berubah dari makna dasarnya, dan jenis perubahan makna
terjadi karena terdapat nilai rasa penghalusan.
Penutup
Perbedaan geografis
dan status sosial menyebabkan munculnya variasi bahasa. Kondisi
greografis yang memisahkan kelompok masyarakat menyebabkan perubahan
bahasa yang digunakan yang disebut dialek. Status atau kelas sosial
yang berbeda juga menghasilkan perbedaan bahasa yang disebut
sosialek.
Penelitian tentang
sosiolinguistik khususnya variasi bahasa adalah salah satu penelitian
yang sangat menarik untuk diteliti. Walaupun telah banyak dilakukan
penelitian baik di dalam maupun di luar negeri tidak tertutup
kemungkinan untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
Variasi Bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.
1. Variasi dari Segi Penutur
Pertama, idiolek,
merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang
mempunyai idiolek masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna”
suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb. Yang paling
dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang
kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut Idiolek melalui
karya tulis pun juga bisa, tetapi disini membedakannya agak sulit.
Kedua, dialek, yaitu
variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang
berada di suatu tempat atau area tertentu. Bidang studi yang
mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah dialektologi.
Ketiga, kronolek
atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh
kelompok sosial pada masa tertentu. Sebagai contoh, variasi bahasa
Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, lima puluhan, ataupun saat
ini.
Keempat, sosiolek
atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan
status, golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam
sosiolinguistik variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi
penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi,
pekerjaan, seks, dsb. Sehubungan dengan variasi bahasa yang berkenaan
dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya
disenut dengan prokem.
2. Variasi dari Segi
Pemakaian
Variasi bahasa
berkenaan dengan penggunanya, pemakainya atau fungsinya disebut
fungsiolek, ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan
berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan
sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini
adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang
apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer,
pelayaran, pendidikan, dsb.
3. Variasi dari Segi
Keformalan
Menurut Martin Joos,
variasi bahasa dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu ragam
beku (frozen); ragam resmi (formal); ragam usaha (konsultatif); ragam
santai (casual); ragam akrab (intimate). Ragam beku adalah variasi
bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi khidmat dan
upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-undang, akte notaris,
sumpah, dsb. Ragam resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
pidato kenegaraan, rapat dinas, ceramah, buku pelajaran, dsb.
Ragam usaha adalah
variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan biasa di sekolah,
rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau
produksi. Wujud ragam ini berada diantara ragam formal dan ragam
informal atau santai.
Ragam santai adalah
variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk
berbincang-bincang dangan keluarga atau teman pada waktu
beristirahat, berolahraga, berekreasi, dsb. Ragam ini banyak
menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk ujaran yang dipendekkan.
Ragam akrab adalah
variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubngannya
sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau teman karib. Ragam
ini menggunakan bahasa yang tidak lengkap dengan artikulasi yang
tidak jelas.
4. Variasi dari Segi
Sarana
Variasi bahasa dapat
pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal
ini dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis atau juga ragam dalam
berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya
bertelepon atau bertelegraf.
BAHASA GAUL
‘SLANG’ INDONESIA
Oleh Suntea
Bahasa
gaul atau biasa disebut dengan slang
(bahasa
prokem)
merupakan
ragam bahasa tidak resmi, tidak baku dan bersifat musiman. Akar
dari bahasa gaul adalah bahasa prokem. Bahasa prokem merupakan bahasa
preman. Preman biasanya memakai bahasa prokem untuk berkomunikasi
agar tidak diketahui oleh orang lain yang bukan komunitas
preman tersebut. Dewasa ini, bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa
“rahasia” melainkan menjadi bahasa gaul di suatu daerah atau
komunitas tertentu. Berikut beberapa bentuk bahasa gaul yang sering
ditemukan dalam percakapan sehari-hari;
1.
Word
Clipping
Suatu
kata dipendekkan atau dipotong tanpa mengubah maknanya (misal: mike –
microphone).
2.
Onomatopoeia
Peniruan
suara (misal: bang,
boom,
kukuruyuk).
3.
Saying
word from behind (malang’s prokem language)
Mengucapkan
kata dengan membalikkan kata dari belakang ke depan (misal: ngalam –
malang, uka – aku).
4.
Menambahkan ‘F’ atau ‘S’ pada setiap suku kata (misal:
afakufu mafaufu mafandifi – aku mau mandi)
5.
Bahasa gaul selebritis (misal: sutralah – sudahlah, gue – aku,
macan tutul – macet total, so
what
gitu lhoh)
6.
Bahasa gaul kaum waria (misal: akika atau ike – aku, HIV – Hasrat
Ingin Pipis, gaswat – gawat, makarena – makan)
Bagaimana
dengan munculnya slang
(bahasa
gaul/bahasa prokem) di kalangan masyarakat khususnya remaja?
Remaja
menggunakan bahasa slang
untuk kepentingan komunitas mereka. Alasan penggunaan bahasa slang
adalah; agar komunikasi yang terjalin tidak monoton, menambah selera
humor, digunakan untuk mengolok-olok dan menyindir seseorang, sebagai
identitas suatu komunitas yang membedakan dengan komunitas lain,
mendekatkan hubungan antar individu dalam komunitas sehingga
komunikasi menjadi akrab, mudah dan nyaman.
Beberapa
alasan yang dikemukakan di atas memberikan sesuatu yang positif. Jadi
tidak ada salahnya jika bahasa slang berkembang di kalangan
masyarakat khususnya remaja.
Apakah
slang
akan
“mengganggu” eksistensi bahasa Indonesia dan bahasa Daerah
sebagai bahasa ilmu/ modern?
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa daerah sebagai
lambang identitas/ kebanggaan suatu daerah merupakan bahasa dominan
yang keberadaannya sangat diperhatikan dan senantiasa terjaga, dalam
artian bersifat klasik dan berlaku sepanjang masa. Berbeda dengan
slang
yang ‘hidup’ musiman. Slang
sering kali berubah mengikuti perkembangan zaman dan sering pula
menghasilkan
kata-kata baru. Oleh karena itu, slang
tidak akan mengganggu eksistensi bahasa Indonesia maupun bahasa
daerah, sebab
slang
sendiri dirancang dan dihasilkan dari bahasa Indonesia dan bahasa
daerah.
Jadi,
hal ini
senantiasa akan berkembang.
Apakah
demi pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmu/ modern,
keberadaan slang
harus disingkirkan?
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu/modern tidak akan terganggu dengan
adanya slang,
karena slang
berbeda dengan bahasa Indonesia. Sebagai bahasa ilmu, bahasa
Indonesia selalu mendapat tempat tertinggi di kalangan bahasa manapun
(dalam lingkup Indonesia) karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
pengantar komunikasi yang setiap saat digunakan.
Apa
yang perlu ditangani dalam situasi keanekaragaman bahasa seperti itu?
Bahasa
merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi (secara lisan maupun tulisan), ataupun gerakan (bahasa
isyarat yang semuanya bertujuan untuk menyampaikan pesan/ informasi
kepada orang lain. Keanekaragaman bahasa di Indonesia menjadi
kebanggaan tersendri bagi Indonesia, dan untuk menghubungkan
keanekaragaman itulah digunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu dari semua bahasa di Indonesia untuk berkomunikasi secara
umum. Begitu juga dengan slang yang hadir di tengah-tengah masyarakat
sebagai bahasa komunitas tertentu, akan menjunjung bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar komunikasi apabila berhubungan dengan
komunitas lain.
Kesimpulan
Dalam
situasi keanekaragaman seperti ini, bukanlah ancaman untuk bahasa
Indonesia akan mengalami penurunan daya tarik. Karena sama halnya
dengan bahasa-bahasa lain, bahasa
memiliki beberapa fungsi yang terbagi menjadi dua yaitu fungsi umum
dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat
untuk berekspresi, dan alat untuk mengadakan dan sosial. Sedangkan
fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam
pergaulan sehari-hari, mewujudkan (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi. Jadi kondisi ini tidak
perlu penanganan yang serius. Kita hanya perlu menjunjung tinggi
bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan baik dan benar, serta
mendudukkannya sebagai bahasa nasional, sebagai bahasa yang
fundamental di antara bahasa-bahasa yang ada di Indonesia.
Contoh Bahasa
Slang Inggris
Can
you lend me some cash?
He's
a real prat.
Let's
chill
out.
My
shoelace has bust.
Those
boots are real cool.
How
are the kids.
Penggemar chatting
pasti sering menggunakan bahasa prokem/bahasa slang/bahasa gaul,
Bahkan SMS pun kadang kita menggunakan bahasa ini.
Secara umum bahasa slang bisa diartikan
dengan bahasa yang tidak resmi atau tidak baku sifatnya bisa
sementara, tapi tidak selalu. Bahasa ini bisa diartikan juga dengan
bahasa gaul biasanya merupakan singkatan. Beberapa
istilah berikut adalah istilah yang juga
digunakan dalam dunia Perdomainan seperti BIN, SOLD, regfee dll.
AAMOF – As A
Matter Of Fact = Faktanya
ATM – At The Moment =Saat ini
AFK – Away From Keyboard =Tidak berada di depan kompi
BIN – Buy It Now =Beli sekarang juga
BOT – Back On Topic = Kembali ke pokok masalah
BRB – Be Right Back =Aku segera kembali
BTW – By The Way = Monk-ngomonks
DND – Do Not Disturb = Jangan ganggu (banci..he..he)
FS – For Sale = Untuk Jual
FYI – For Your Information =Cuma Sekedar info
HTH – Hope That Helps =Semoga membantu
IDK – I Don’t Know = Wah Gak tahu
IIRC – If I Recall Correctly = jika saya benar menghubungi
IMHO – In My Humble Opinion =Cuma opini saya
IMO – In My Opinion = Idem x ya kyk di atas
IOW – In Other Words = Dengan kata lain
IRL – In Real Life = Dalam kehidupan sebenarnya
JK – Just Kidding = Bercanda kok
LM(F)AO – Laughing My (F*CENCORED) Ass Off = (Waduh gak bisa diartiin NI!!)
LMK – Let Me Know = Beri tahu saya
LOL – Laugh Out Loud = Tertawa terbahak-bahak
OBO – Or Best Offer = Atau penawaran terbaik
ONO – Or Near Offer = Atau penawaran yang paling mendekati (Wajar)
OP – Original Poster = Artikel asli oleh
OTOH – On The Other Hand = Di tangan lain (Phrasa untuk jika orang..)
PM ME – Private Message Me =kirim pesan pribadi untuk saya
PPL – People = orang
REG – Regular/Register =Daftar/registrasi
REP ADDED – Reputation Added – More Info = Reputasi anda Saya tambah
REGFEE – Registration Fee = Biaya untuk registrasi
RL – Real Life =Kehidupan nyata
SIG – Signature =Tanda tangan
SOLD= Saya beli!! (Istilah pada jual beli domain yang di buka untuk umum-Bin digunakan)
STW – Search The Web = Cari di internet
THX – Thanks = makasi
TLD – Top Level Domain = Domain tingkat atas (maksudnya domain yg berektensikan .com,.net,.org,)
TM – Trade Mark (merk dagang)
WB – Welcome Back =Selamat datang lagi
WTB – Want To Buy =mau beli
WTG – Way To Go =mau pergi
YW – Your Welcome = sama-sama(thanx)
ATM – At The Moment =Saat ini
AFK – Away From Keyboard =Tidak berada di depan kompi
BIN – Buy It Now =Beli sekarang juga
BOT – Back On Topic = Kembali ke pokok masalah
BRB – Be Right Back =Aku segera kembali
BTW – By The Way = Monk-ngomonks
DND – Do Not Disturb = Jangan ganggu (banci..he..he)
FS – For Sale = Untuk Jual
FYI – For Your Information =Cuma Sekedar info
HTH – Hope That Helps =Semoga membantu
IDK – I Don’t Know = Wah Gak tahu
IIRC – If I Recall Correctly = jika saya benar menghubungi
IMHO – In My Humble Opinion =Cuma opini saya
IMO – In My Opinion = Idem x ya kyk di atas
IOW – In Other Words = Dengan kata lain
IRL – In Real Life = Dalam kehidupan sebenarnya
JK – Just Kidding = Bercanda kok
LM(F)AO – Laughing My (F*CENCORED) Ass Off = (Waduh gak bisa diartiin NI!!)
LMK – Let Me Know = Beri tahu saya
LOL – Laugh Out Loud = Tertawa terbahak-bahak
OBO – Or Best Offer = Atau penawaran terbaik
ONO – Or Near Offer = Atau penawaran yang paling mendekati (Wajar)
OP – Original Poster = Artikel asli oleh
OTOH – On The Other Hand = Di tangan lain (Phrasa untuk jika orang..)
PM ME – Private Message Me =kirim pesan pribadi untuk saya
PPL – People = orang
REG – Regular/Register =Daftar/registrasi
REP ADDED – Reputation Added – More Info = Reputasi anda Saya tambah
REGFEE – Registration Fee = Biaya untuk registrasi
RL – Real Life =Kehidupan nyata
SIG – Signature =Tanda tangan
SOLD= Saya beli!! (Istilah pada jual beli domain yang di buka untuk umum-Bin digunakan)
STW – Search The Web = Cari di internet
THX – Thanks = makasi
TLD – Top Level Domain = Domain tingkat atas (maksudnya domain yg berektensikan .com,.net,.org,)
TM – Trade Mark (merk dagang)
WB – Welcome Back =Selamat datang lagi
WTB – Want To Buy =mau beli
WTG – Way To Go =mau pergi
YW – Your Welcome = sama-sama(thanx)
1)Ace Melakukan
sesuatu dengan sangat baik (K.Kerja), Urutan pertama (K.Sifat)
Seorang ahli (K.benda)
2) Airhead Orang bodoh
3) All ears Mendengarkan dengan seksama
4) Ants in your pants Grogi
5) At the end of your rope Terjebak dalam situasi yang buruk
6) Average Joe Orang yang mirip dengan orang lain
7) Axe Memecat
8) Back burner Bukan masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu
9) Back on your feet Baru sembuh
10) Back seat driver Orang yang memberikan saran yang buruk.
11) Back to the drawing board Mulai lagi
12) Bad egg Pembuat onar
13) Bad mouth Mengatakan hal yang buruk tentang orang lain atau sesuatu
14) Ballpark figure Menebak dengan baik
15) Barking up the wrong tree Mencari sesuatu di tempat yang salah
16) Basket case Gila
17) Behind bars Di dalam penjara
18) Big house Penjara, khususnya dengan pengawalan yang ketat
19) Blow chunks Muntah atau sakit
20) Blow it Menghilangkan atau membuang-buang sesuatu
21) b.o Bau badan
22) Boozehound Orang yang banyak minum
23) Bounce Berangkat
24) Brewski Bir
25) Bump off Membunuh
26) Burnt out Capek sekali
27) Bust digits Mendapatkan nomor telepon seseorang
28) Butts Rokok, puntung rokok
29) Buy the farm Mati
30) A chick Perempuan muda yang cantik (cewek)
31) Chicken Pengecut
32) Chow Makan, makanan
33) Cold feet Takut
34) Couch potato Orang yang duduk di depan TV seharian
35) Crash Berhenti berfungsi
36) Creep Orang yang suka mengganggu
37) Croak Mati
38) Cut a deal Membuat perjanjian
39) Cut and dry Sesuatu yang sudah jelas dan sudah dimengerti
40) Da bomb Bagus sekali
41) Dinosaur Sangat tua
42) Dicey Berbahaya, beresiko
43) Ditch Meninggalkan orang, tempat atau sesuatu yang tidak diinginkan
44) Doa Sesuatu yang tidak bisa
45) diperbaiki lagi (situasi)
46) Downer Sesuatu atau seseorang yang
47) sedang depresi. Sesuatu yang
48) membuat seseorang sedih
49) Dry run Masa latihan
50) Early bird Orang yang bagun pagi dan langsung pergi kerja
51) Eat lead Orang yang ditembak dengan senjata
52) Eats Makanan ringan
53) Egghead Orang pandai
54) Fast food Makanan siap saji
55) Fat cat Orang yang kaya raya
56) Fore! Awas!
57) Freak Orang asing
58) Gibberish Pidato tak bermakna
59) Go bananas Hilang kendali
60) Go off deep end Melakukan susuatu yang gila
61) Goat Seseorang yang selalu
62) dikambinghitamkan
63) Grub Makanan
64) Gumshoe Detektif
65) Guts Keberanian
66) Hangout Melewatkan waktu tanpa
67) melakukan apapun
68) Have a screw loose Sedikit gila
69) Haywire Rusak, tidak bekerja
70) Head doctor Psikiatris
71) High five (Sama dengan) Bravo!
72) High roller Orang yang menghabiskan
73) banyak uang untuk berjudi
74) Hillbilly Orang udik
75) Hit the road Meninggalkan rumah
76) Hit the spot Bagus sekali!
77) Hog Makan atau mengambil apapun
78) Hole in the wall Restoran atau toko yang kecil dan sederhana
79) Hoodlum Gangster
80) Hooked Kecanduan
81) Hootie Perempuan cantik
82) Hung up on Terobsesi dengan seseorang/sesuatu
83) Hush hush Sssst!
84) Idiot box TV Iffy Meragukan
85) In a bind Dalam masalah
86) In a funk Depresi
87) In someone’ s hair Mengganggu orang terus
88) In the doghouse Dalam masalah
89) In the slammer Dalam penjara
90) Jane Doe Perempuan yang tidak diketahui
91) Jerk Orang yang tidak disukai
92) Jock Atlit laki-laki
93) Jump ship Meninggalkan pekerjaan yang sekarang
94) Jumpy Takut kalau-kalau sesuatu yan buruk akan terjadi
95) Junk Food Jajanan
96) Knocked-up Bunting (negative sense)
97) Know-it-all Orang sok tahu
98) Kooky Gila, tidak waras
99) La la land Tempat yang luar biasa
100) Low life Orang yang berperangai buruk
101) Luck of the draw Tergantung takdir
102) Mosey along Jalan pelan-pelan
103) Mug Wajah
104) Nailed Menjumpai seseorang yang sedang berbuat tidak benar
105) Narc Informan polisi
106) Not my cup of tea Sesuatu yang tidak kita sukai
107) On cloud nine Gembira sekali
108) One foot in the grave Sekarat
109) Out like a light Cepat sekali tidurnya
110) Pass out Tertidur karena kecapean atau mabuk
111) Peace out Selamat tinggal (gaya yang ramah)
112) People person Orang yang suka bergaul
113) Phat Bagus sekali
114) Pig out Makan banyak sekali
115) Pipe down Diam!
116) Pitch in Menolong
117) Quick buck Uang yang diperoleh dalam waktu yang sangat singkat
118) Raise the roof Bersenang-senang dan membuat keributan
119) Rookie Pemula
120) Rug rat Anak kecil
121) Run a fever Sakit tiba-tiba (panas)
122) Sad Kualitas rendah
123) Screw up Membuat kesalahan besar
124) See ya, Selamat tinggal!
125) Space cadet Orang yang ceroboh
126) Square Orang yang membosankan
127) Stool pigeon Informan Street pizza Binatang yang terlindas kendaraan
128) Tag along Orang yang ikut diajak berkeliling-keliling
129) Test the water Berpikir dahulu sebelum bertindak
130) Too hot to handle Sulit, controversial
131) Tripping Di bawah pengaruh obat-obatan
132) Uncle Sam Amerika Serikat
133) Up your sleeves Keuntungan tersirat
134) Veg out Bersantai-santai
135) Welch Tidak sanggup bayar hutang
136) Wimp Orang yang lemah
137) Wuss Pengecut
138) Yap Berbicara ngawur
139) Yawner Sesuatu yang membosankan
140) Yellow Penakut
141) Zillionaire Orang kaya raya
142) Zone out Hilang konsentrasi
2) Airhead Orang bodoh
3) All ears Mendengarkan dengan seksama
4) Ants in your pants Grogi
5) At the end of your rope Terjebak dalam situasi yang buruk
6) Average Joe Orang yang mirip dengan orang lain
7) Axe Memecat
8) Back burner Bukan masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu
9) Back on your feet Baru sembuh
10) Back seat driver Orang yang memberikan saran yang buruk.
11) Back to the drawing board Mulai lagi
12) Bad egg Pembuat onar
13) Bad mouth Mengatakan hal yang buruk tentang orang lain atau sesuatu
14) Ballpark figure Menebak dengan baik
15) Barking up the wrong tree Mencari sesuatu di tempat yang salah
16) Basket case Gila
17) Behind bars Di dalam penjara
18) Big house Penjara, khususnya dengan pengawalan yang ketat
19) Blow chunks Muntah atau sakit
20) Blow it Menghilangkan atau membuang-buang sesuatu
21) b.o Bau badan
22) Boozehound Orang yang banyak minum
23) Bounce Berangkat
24) Brewski Bir
25) Bump off Membunuh
26) Burnt out Capek sekali
27) Bust digits Mendapatkan nomor telepon seseorang
28) Butts Rokok, puntung rokok
29) Buy the farm Mati
30) A chick Perempuan muda yang cantik (cewek)
31) Chicken Pengecut
32) Chow Makan, makanan
33) Cold feet Takut
34) Couch potato Orang yang duduk di depan TV seharian
35) Crash Berhenti berfungsi
36) Creep Orang yang suka mengganggu
37) Croak Mati
38) Cut a deal Membuat perjanjian
39) Cut and dry Sesuatu yang sudah jelas dan sudah dimengerti
40) Da bomb Bagus sekali
41) Dinosaur Sangat tua
42) Dicey Berbahaya, beresiko
43) Ditch Meninggalkan orang, tempat atau sesuatu yang tidak diinginkan
44) Doa Sesuatu yang tidak bisa
45) diperbaiki lagi (situasi)
46) Downer Sesuatu atau seseorang yang
47) sedang depresi. Sesuatu yang
48) membuat seseorang sedih
49) Dry run Masa latihan
50) Early bird Orang yang bagun pagi dan langsung pergi kerja
51) Eat lead Orang yang ditembak dengan senjata
52) Eats Makanan ringan
53) Egghead Orang pandai
54) Fast food Makanan siap saji
55) Fat cat Orang yang kaya raya
56) Fore! Awas!
57) Freak Orang asing
58) Gibberish Pidato tak bermakna
59) Go bananas Hilang kendali
60) Go off deep end Melakukan susuatu yang gila
61) Goat Seseorang yang selalu
62) dikambinghitamkan
63) Grub Makanan
64) Gumshoe Detektif
65) Guts Keberanian
66) Hangout Melewatkan waktu tanpa
67) melakukan apapun
68) Have a screw loose Sedikit gila
69) Haywire Rusak, tidak bekerja
70) Head doctor Psikiatris
71) High five (Sama dengan) Bravo!
72) High roller Orang yang menghabiskan
73) banyak uang untuk berjudi
74) Hillbilly Orang udik
75) Hit the road Meninggalkan rumah
76) Hit the spot Bagus sekali!
77) Hog Makan atau mengambil apapun
78) Hole in the wall Restoran atau toko yang kecil dan sederhana
79) Hoodlum Gangster
80) Hooked Kecanduan
81) Hootie Perempuan cantik
82) Hung up on Terobsesi dengan seseorang/sesuatu
83) Hush hush Sssst!
84) Idiot box TV Iffy Meragukan
85) In a bind Dalam masalah
86) In a funk Depresi
87) In someone’ s hair Mengganggu orang terus
88) In the doghouse Dalam masalah
89) In the slammer Dalam penjara
90) Jane Doe Perempuan yang tidak diketahui
91) Jerk Orang yang tidak disukai
92) Jock Atlit laki-laki
93) Jump ship Meninggalkan pekerjaan yang sekarang
94) Jumpy Takut kalau-kalau sesuatu yan buruk akan terjadi
95) Junk Food Jajanan
96) Knocked-up Bunting (negative sense)
97) Know-it-all Orang sok tahu
98) Kooky Gila, tidak waras
99) La la land Tempat yang luar biasa
100) Low life Orang yang berperangai buruk
101) Luck of the draw Tergantung takdir
102) Mosey along Jalan pelan-pelan
103) Mug Wajah
104) Nailed Menjumpai seseorang yang sedang berbuat tidak benar
105) Narc Informan polisi
106) Not my cup of tea Sesuatu yang tidak kita sukai
107) On cloud nine Gembira sekali
108) One foot in the grave Sekarat
109) Out like a light Cepat sekali tidurnya
110) Pass out Tertidur karena kecapean atau mabuk
111) Peace out Selamat tinggal (gaya yang ramah)
112) People person Orang yang suka bergaul
113) Phat Bagus sekali
114) Pig out Makan banyak sekali
115) Pipe down Diam!
116) Pitch in Menolong
117) Quick buck Uang yang diperoleh dalam waktu yang sangat singkat
118) Raise the roof Bersenang-senang dan membuat keributan
119) Rookie Pemula
120) Rug rat Anak kecil
121) Run a fever Sakit tiba-tiba (panas)
122) Sad Kualitas rendah
123) Screw up Membuat kesalahan besar
124) See ya, Selamat tinggal!
125) Space cadet Orang yang ceroboh
126) Square Orang yang membosankan
127) Stool pigeon Informan Street pizza Binatang yang terlindas kendaraan
128) Tag along Orang yang ikut diajak berkeliling-keliling
129) Test the water Berpikir dahulu sebelum bertindak
130) Too hot to handle Sulit, controversial
131) Tripping Di bawah pengaruh obat-obatan
132) Uncle Sam Amerika Serikat
133) Up your sleeves Keuntungan tersirat
134) Veg out Bersantai-santai
135) Welch Tidak sanggup bayar hutang
136) Wimp Orang yang lemah
137) Wuss Pengecut
138) Yap Berbicara ngawur
139) Yawner Sesuatu yang membosankan
140) Yellow Penakut
141) Zillionaire Orang kaya raya
142) Zone out Hilang konsentrasi
BILINGUALISME
1. PENGERTIAN
KEDWIBAHASAAN
Menurut para pakar
kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut:
a. Robert Lado
(1964-214)
Kedwibahasaan
merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama
baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua
bahasa, bagaimana tingkatnya, oleh seseorang.
b. MacKey (1956:155)
Kedwibahasaan adalah
pemakaian yang bergantian dari dua bahasa.
c. Hartman dan Stork
(1972:27)
Kedwibahasaan adalah
pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
d. Bloomfield
(1958:56)
Kedwibahasaan
merupakan kemamouan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya
oleh seorang penutur.
e. Haugen (1968:10)
Kedwibahasaan adalah
tahu dua bahasa.
Jika diuraikan
secara lebih umum maka maka pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian
dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif
oleh seorang individu atau oleh masyarakat.
2. TIPOLOGI
KEDWIBAHASAAN
a. Menurut Weinreich
(1953) tipologi kedwibahasaan didasarkan pada derajat atau tingkat
penguasaan seorang terhadap ketrampilan berbahasa. Maka Weinreich
membagi kedwibahasaan menjadi tiga yaitu:
- Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism)
Kedwibahasaan
majemuk adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan
berbahasa salah satu bahasa lebih baik daripada kemampuan berbahasa
bahasa yang lain.
- Kedwibahasaan Koordinatif / sejajar.
Kedwibahasaan
koordinatif/sejajar adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa
pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang individu.
- Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)
Kedwibahasaan
sub-ordinatif (kompleks) adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa
seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau
sebaliknya.
b. Baeten
Beardsmore (1985:22) menambahkankan satu derajat lagi yaitu
kedwibahasaan awal (inception bilingualism) yaitu
kedwibahasan yang dimemiliki oleh seorang individu yang sedang dalam
proses menguasai B2.
c. Menurut
Pohl (dalam baetens Beardmore, 1985;5) tipologi bahasa lebih
didasarkan pada status bahasa yang ada didalam masyarakat, maka Pohl
membagi kedwibahasaan menjadi tiga tipe yaitu:
- Kedwibahasaan Horisontal (horizontal bilingualism)
Merupakan situasi
pemakaian dua bahasa yang berbeda tetapi masing-masing bahasa
memiliki status yang sejajar baik dalam situasi resmi,
kebudayaanmaupun dalam kehidupan keluarga dari kelompok pemakainya.
- Kedwibahasaan Vertikal (vertical bilinguism)
Merupakan pemakaian
dua bahasa apabila bahasa baku dan dialek, baik yang berhubungan
ataupun terpisah, dimiliki oleh seorang penutur.
- Kedwibahasaan Diagonal (diagonal bilingualism)
Merupakan pemakaian
dua bahasa dialek atau atau tidak baku secara bersama-sama tetapi
keduanya tidak memiliki hubungan secara genetik dengan bahasa baku
yang dipakai oleh masyarakat itu.
d. Menurut Arsenan
(dalam Baerdsmore, 1985) tipe kedwibahasaan pada kemampuan berbahasa,
maka ia mengklasifikasikan kedwibahasaan menjadi dua yaitu:
- Kedwibahasaan produktif (productive bilingualism) atau kedwibahasaan aktif atau kedwibahasaan simetrik (symmetrical bilingualism) yaitu pemakaian dua bahasa oleh seorang individu tyerhadap seluruh aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
- Kedwibahasaan reseptif (reseptive bilingualism) atau kedwibahasaan pasif atau kedwibahasaan asimetrik (asymetrical bilingualism)
3. DIAGLOSIA
DALAM KEDWIBAHASAN
Diaglosia adalah
situasi dimana dau dialek atau lebih biasa dipakai.(Charles Fergison
1959:136). Diaglosia adalah suatu situasi bahasa yang relatif stabil
dimana, selain dari dialek-dialek utama satu bahasa(yang memungkinkan
mencakup satu bahasa baku atau bahasa-bahasa baku regional), ada
ragam bahasa yang sangat berbeda, sangat terkondifikasikan dan lebih
tinggi, sebagai wacana dalam kesaeluruhan kesusastraan tertulis yang
luas dan dihormati, baik pada kurun waktu terdahulu maupun masyarakat
ujaran lain, yang banyak dipelajari lewat pendidikan formal dan
banyak dipergunakan dalam tujuan-tujuan tertulis dan ujaran resmi,
tapi tidak dipakai oleh bagian masyarakat apa pun dalam
pembicaraan-pembicaraan biasa.(Hudson 1980:54). Diaglosia adalah
hadirnya dua bahasa baku dalam satu bahasa, bahasa tinggi dipakai
dalam suasana-suasana resmi dan dalam wacana-wacana tertulis, dan
bahasa rendah dipakai untuk percakapan sehari-hari.(Hartmann &
Strork 1972:67). Diaglosia adalah persoalan antara dua dialek dari
satu bangsa, bukan antara dua bahasa. Kedua ragam bahasa ini pada
umumnya adalah bahasa baku (standard language) dan dialek derah
regional daerah (regional dialect).
4.
PARAMETER/PENGUKURAN DIAGLOSIA
Mackey (1956)
mengemukakan bahwa pengukuran kedwibahasaan dapat dilakukan melalui
beberapa aspek, yaitu;
a. Aspek tingkat.
Dapat dilakukan
dengan mengamati kemampuan memakai unsur-unsur bahasa, seperti
fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon serta ragam bahasa.
b. Aspek fungsi
Dapat dilakukan
melalui kemampian pemakaian dua bahsa yang dimiliki sesuai dengan
kepentingan-kepentingan tertentu. Ada dua faktor yang harus
diperhatikan dalam pengukuran kedwibahasaan yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang menyangkut
pemakaian bahasa secara internal. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor dari luar bahasa. Hal ini antara lain menyangkut masalah
kontak bahasa yang berkaitan dengan lamanya waktu kontak seringnya
mengadakan kontak bahasa si penutur dapat ditentukan oleh lamanya
waktu kontak, seringnya kontak dan penekannya terhadap bidang-bidang
tertentu. Misalnya, bidang ekonomi, budaya, politik,dll.
c. Aspek pergantian
Yaitu pengukuran
terhadap seberapa jauh pemakai bahasa mampu berganti dari satu bahasa
kebahasa yang lain. Kemampuan berganti dari satu bahasa ke bahasa
yang lain ini tergantung pada tingkat kelancarn pemakaian
masing-masing bahasa.
d. Aspek
interferensi
Yaitu pengukuran
terhadap kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh terbawanya
kebiasaan ujaran berbahasa atau dialek bahasa pertama terhadap
kegiatan berbahasa
Robert Lado (1961)
mengemukakan agar dalam pengukuran kedwibahasaan seseorang dilakukan
melalui kemampuan berbahasa dengan menggunakan indikator tataran
kebahasaan (sejalan dengan Mackey)
Kelly (1969)
menyarankan agar kedwibahasaan seseorang diukur dengan cara
mendeskripsikan kemampuan berbahas seseorang dari masing-masing
bahasa dengan menggunakan indikator elemen kebahasaan kemudian
dikorelasikan untuk menentukan keterampilan berbahasa.
John MacNawara
(1969) memberikan disain teknik pengukuran kedwibahasaan dari aspek
tingkat dengan cara memberikan res kemampuan berbahasa dengan
menggunakan konsep dasar analisis kesalahan berbahasa. Pengukuran
dapat memakai indikator membaca pemahaman, membaca leksikon,
kesalahan ucapan, kesalahan ketatabahasaan, interferensileksikal B2,
pemahaman bahasa lisan, kesalahan fonetis, makna kata dan kekayaan
makna.
Berbeda dengan
pendapat-pendapat diatas yaitu Jakobovits (1970) memberikan desain
teknik pengukuran kedwibahasaan dengan cara:
1. menghitung jumlah
tanggapan terhadap rangsangan dalam B1
2. menghitung jumlah
tanggapan dalam rangsangan dalam B2 terhadap B1.
3. menghitung
perbedaan total antara B1 dan B2.
4. menghitung jumlah
tanggapan dalam B1 terhadap rangsangan dalam B1
5. menghitung jumlah
tanggapan dalam B2 terhadap rangsangan dalm B2.
6. menghitung
tanggapan dalam B2 terhadap rangsangan dalam B1.
7. menghitung jumlah
tanggapan dalam B1 terhadap rangsangan dalam B2.
8. menghitung
tanggapan terjemahan terhadap rangsangan dalam B2.
9. menyatakan hasil
dalam bentuk prosentase, dan
10. menghitung
tanggapan dua bahasa terhadap rangsangan B1 dan B2 jika memungkinkan.
Lambert (19550
mengajukan teknik pengukuran kedwibahasaan dengan dengan
mengungkapkan dominasi bahasa, artinya bahasa mana dari dari kedua
bahasa itu dominan Mackey (1968) memberikan teknik pengukuran
kedwibahasaan dengan menggunakan tes ketrampilan berbahasa
masing-masing bahasa.
Istilah
bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut
juga kedwibahasaan. Secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang
dimaksud bilingualisme itu, yakni berkenaan dengan penggunaan dua
bahasa atau dua kode bahasa. Dalam perspektif sosiolinguistik,
bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang
penutur dalalm pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai
kedua bahasa itu. Pertama adalah bahasa ibu atau bahasa pertamanya
(disingkat B1) dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa
keduanya (disingkat B2).
Orang yang bisa
menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual –dalam
bahasa Indonesia disebut dwibahasawan. Sedangkan kemampuan untuk
menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas—dalam bahasa Indonesia
disebut juga kedwibahasaan.
Bilingualisme dan Bilingualitas.
Bilingualisme dan Bilingualitas.
Jika kita perhatikan
hubungan logika antara bilingualisme dan bilingualitas, maka akan
dapat dimengerti bahwa tidak semua yang memiliki “bilingulitas”
akan mempraktikkan “bilingualisme” dalam kehidupan
sehari-harinya, sebab hal ini tergantung pada situasi kebahasaan di
lingkungannya. Namun, dapat pula kita pahami bahwa seseorang tidak
akan dapat mempraktikkan “bilingualisme” tanpa memiliki
“bilingualitas”. Singkatnya, bilingualisme brimplikasi pada
bilingualitas.
Pembagian
Kedwibahasaan
Menurut Chaer dan
Agustina (2004:170) ada beberapa jenis pembagian kedwibahasaan
berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu sebagai berikut.
1. Kedwibahasaan
Majemuk (Compound Bilingualism)
Kedwibahasaan yang
menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik
dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini
didasarkan pada kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh
dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri
sendiri-sendiri.
2. Kedwibahasaan
Koordinatif/Sejajar
Kedwibahasaan yang
menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang
individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1
dan B2. Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.
3. Kedwibahasaan
Subordinatif (Kompleks)
Kedwibahasaan yang
menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering
memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan
situasi yang dihadapi B1, adalah sekelompok kecil yang dikelilingi
dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga
masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.
Ada beberapa
pendapat lain oleh pakar kedwibahasaan dalam tipologi kedwibahasaan
di antaranya adalah (Paul, 2004:235).
4. Baeten Beardsmore
Menambahkankan satu
derajat lagi yaitu kedwibahasaan awal (inception bilingualism) yaitu
kedwibahasan yang dimemiliki oleh seorang individu yang sedang dalam
proses menguasai B2.
5. Pohl
Tipologi bahasa
lebih didasarkan pada status bahasa yang ada didalam masyarakat, maka
Pohl membagi kedwibahasaan menjadi tiga tipe yaitu sebagai berikut.
a.
Kedwibahasaan Horizontal (Horizontal Bilingualism)
Merupakan situasi
pemakaian dua bahasa yang berbeda tetapi masing-masing bahasa
memiliki status yang sejajar baik dalam situasi resmi, kebudayaan
maupun dalam kehidupan keluarga dari kelompok pemakainya.
b. Kedwibahasaan
Vertikal (Vertical Bilinguism)
Merupakan pemakaian
dua bahasa apabila bahasa baku dan dialek, baik yang berhubungan
ataupun terpisah, dimiliki oleh seorang penutur.
c.
Kedwibahasaan Diagonal (Diagonal Bilingualism)
Merupakan pemakaian
dua bahasa dialek atau tidak baku secara bersama-sama tetapi keduanya
tidak memiliki hubungan secara genetik dengan bahasa baku yang
dipakai oleh masyarakat itu.
Menurut Arsenan tipe
kedwibahasaan pada kemampuan berbahasa, maka ia mengklasifikasikan
kedwibahasaan menjadi dua yaitu:
1)
Kedwibahasaan produktif (produktif bilingualisme) atau kedwibahasaan
aktif atau kedwibahasaan simetrik (symmetrical bilingualisme) yaitu
pemakaian dua bahasa oleh seorang individu terhadap seluruh aspek
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
2) Kedwibahasaan
reseptif (reseptive bilingualisme) atau kedwibahasaan pasif atau
kedwibahasaan asimetrik (asymetrical bilingualism).
ALIH KODE DAN
CAMPUR KODE
- Pengertian Kode
Istilah kode dipakai
untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan,
sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa
Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), juga mengacu kepada variasi
bahasa, seperti varian regional (bahasa Jawa dialek Banyuwas,
Jogja-Solo, Surabaya), juga varian kelas sosial disebut dialek sosial
atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan kasar), varian ragam dan gaya
dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat, atau gaya
santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa
doa, dan bahasa lawak). Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa
hierarki kebahasaan dimulai dari bahasa/language pada level paling
atas disusul dengan kode yang terdiri atas varian, ragam, gaya, dan
register.
- Alih Kode
Alih kode (code
switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang
lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih
menggunakan bahasa Jawa. Alih kode merupakan salah satu aspek
ketergantungan bahasa (languagedependency) dalam masyarakat
multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang
penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode
masing-masing bahasa masih cenderung mengdukung fungsi masing-masing
dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya. Appel
memberikan batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian
bahasa karena perubahan situasi. Suwito (1985) membagi alih kode
menjadi dua, yaitu:
1.
Alih kode ekstern
Bila alih bahasa,
seperti dari bahasa Indonesia beralih ke bahasa Inggris atau
sebaliknya.
2. Alih kode intern
2. Alih kode intern
Bila alih kode
berupa alih varian, seperti dari bahasa Jawa ngoko merubah ke
krama.
Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode adalah:
Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode adalah:
1.
Penutur
Seorang penutur
kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu
tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau
sebaliknya.
2.
Mitra Tutur
Mitra tutur yang
latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih
kode dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang
kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa.
3.
Hadirnya Penutur Ketiga
Untuk menetralisasi
situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya
penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang
kebahasaan mereka berbeda.
4.
Pokok Pembicaraan
Pokok Pembicaraan
atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya
alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya
diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan
pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa
takbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.
5.
Untuk membangkitkan rasa humor
Biasanya dilakukan
dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara.
6. Untuk sekadar bergengsi
6. Untuk sekadar bergengsi
Walaupun
faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-situasional
tidak mengharapkan adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga
tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung tidak
komunikatif.
Contoh-Contoh Kasus Alih Kode
Alih Kode adalah
peristiwa berubahnya penggunaan bahasa dari ragam santai menjadi
ragam resmi, atau juga ragam resmi keragam santai. Contoh kasus ini
adalah sebagai berikut:
- Latar Belakang : Kebun jarak di Padang Kemiling
Para Pembicara : Pak
Amat dan Pak Jalil selaku buruh jarak, serta pak widianto selaku
pengawas.
Topik : Pupuk yang
habis.
Sebab alih kode :
Munculnya Pak Widianto
Peristiwa tutur :
Pak Amat : Cakmano
kito ni ndak mupuk kalu pupuk ajo dak ado lagi
Pak Jalil : tuna
bos datang, biar ambo tanyo kek bos dulu. Pak Widianto, pupuk di
gudang sudah habis. Jadi bagaimana pak?
- Latar Belakang : Pasar Panorama di kawasan penjual daging.
Para pembicara : Buk
soleha dan Buk Ani selaku pedagang, serta Buk Jaka selaku pembeli.
Topik : Daging
bangkai yang beredar di pasaran.
Sebab alih kode :
Munculnya Ibu Jaka.
Peristiwa tutur :
Ibu Soleha : Ambo
kuatir pembeli kito ilang kiniko. Banyak orang odak cayo kek daging
yang dijual.
Ibu Ani : ambo
jugo, tapi ndak cakmano lagi. Idak makan kalu idak jualan dagingko.
Ibu Jaka : Dagingnya
berapa bu? Masih segar kan?
Ibu Ani : Rp. 7000
satu kilo bu. Segar bu, saya jamin.
- Latar Belakang :Terminal Betungan
Para pembicara : Pak
Mamat dan Pak Slamet.
Topik : Pajak
terminal
Sebab alih kode :
Pak Slamet memungut uang pajak.
Peristiwa tutur :
Pak slamet : Cakmano
jualannyo laku dak?
Pak Mamat : Yo
caikolah pak. Pacak ditengok dewek. Oh ya bisa ditunda dulu
pajaknya pak?
Pak Slamet : Yah
tidak bisa pak. Saya juga harus menyetor ke atas.
- Campur Kode
Campur kode
(code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu
bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur
bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk
penutur, seperti latar belakang sosil, tingkat pendidikan, rasa
keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi
informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan
dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan
menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur
kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence).
Campur
kode dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Campur kode ke dalam (innercode-mixing): Campur kode yang bersumber
dari bahasa asli dengan segala variasinya
2.
Campur kode ke luar (outer code-mixing): campur kode yang berasal
dari bahasa asing.
Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
1.
sikap (attitudinal type)
Latar belakang sikap
penutur
2.
kebahasaan(linguistik type)
Latar belakang
keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan,
identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau
menafsirkan.
Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antaraperanan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.
Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antaraperanan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.
Beberapa
wujud campur kode:
1.
penyisipan kata,
2. menyisipan frasa,
3. penyisipan klausa,
4. penyisipan ungkapan atau idiom, dan
5. penyisipan bentuk baster (gabungan pembentukan asli dan asing).
2. menyisipan frasa,
3. penyisipan klausa,
4. penyisipan ungkapan atau idiom, dan
5. penyisipan bentuk baster (gabungan pembentukan asli dan asing).
Contoh-Contoh Kasus Campur Kode
Campur Kode terjadi jika seseorang menggunakan sebagian kecil unit (kata atau frase pendek) dari satu bahasa ke bahasa lain, seringkali dilakukan tanpa tujuan dan biasanya dalam tingkat kata (Paul Ohoiwutun, 2002:69).
- Latar belakang : di bagian TU SMA N 03 Bengkulu
Para pembicara : Pak
Jalil dan Pak Rahmat
Topik : Uang SPP
Peristiwa Tutur :
Pak Jalil : Bulan
ini banyak siswa yang belum bayar uang SPP. Cak ndak dikasari
bae.
Pak Rahmat : Jangan
pulo cak itu pak. Siapa tau mereka masih berhalangan untuk
membayar.
- Latar Belakang : Terminal Panorama
Para pembicara : Pak
Ander dan Pak Dito
Topik : Harga BBM
naik
Peristiwa tutur :
Pak Ander : Kalau
seandainya harga BBM terus naik, bisa rugi kita pak. Wong ate die
galak mikir nasib kite.
Pak Dito : Amen
pisak, nangku piti di jalan. Cam pemulung tu. Pemerintah sulit
diandalkan.
- Latar Belakang : Puskesmas
Para pembicara :
dokter dan pasien
Topik : penyakit
Peristiwa tutur :
Dokter : Sakit apa
bu leha?
Pasien : panas
dingin bu dokter. palak ambo ko rasonyo pening nian.
Dokter : tula
kalu sering bepane.
- Persamaan dan Perbedaan Alih Kode dan Campur Kode
Persamaan alih kode
dan campur kode adalah kedua peristiwa ini lazin terjadi dalam
masyarakat multilingual dalam menggunakan dua bahasa atau lebih.
Namun terdapat perbedaan yang cukup nyata, yaitu alih kode terjadi
dengan masing-masing bahasa yang digunakan masih memiliki otonomi
masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja, karena
sebab-sebab tertentu sedangkan campur kode adalah sebuah kode utama
atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi, sedangkan
kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut
hanyalah berupa serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi dan otonomi
sebagai sebuah kode. Unsur bahasa lain hanya disisipkan pada kode
utama atau kode dasar. Sebagai contoh penutur menggunakan bahasa
dalam peristiwa tutur menyisipkan unsur bahasa Jawa, sehingga
tercipta bahasa Indonesia kejawa-jawaan.
Thelander mebedakan
alih kode dan campur kode dengan apabila dalam suatu peristiwa tutur
terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain
disebut sebagai alih kode. Tetapi apabila dalam suatu periswa tutur
klausa atau frasa yang digunakan terdiri atas kalusa atau frasa
campuran (hybrid cluases/hybrid phrases) dan masing-masing klausa
atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsinya sendiri disebut sebagai
campur kode.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo.1996.
Analisis pengajaran bahasa untuk mahasiswa jurusan bahasa dan
guru bahasa.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Alwasilah,
A.Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
0 komentar