strukturalisme semiotik
ANALISIS
STRUKTURALISME SEMIOTIK TERHADAP DIKSI PADA SAJAK “KEADILAN” KARYA K.H AHMAD MUSTOFA BISRI
Disusun oleh :
Nama : Nurlovi Lestari
NIM : 10003019
Kelas/Semester : A/IV
Mata Kuliah : Puisi II
Dosen Pengampu : Abdul Wachid B.S.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
APRIL
2012
A. PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Sastra
cenderung mengunakan cara berbahasa yang berbeda, yang paling dominan adalah
pengunaan bahasa konotatif, yakni bahasa yang mendukung emosi dan suasana hati,
ungkapan dalam bahasa konotatif tidak hanya memiliki makna namun juga berisi
simbol-simbol. Bahasa konotatif tidak hanya mementingkan arti, tetapi
mementingkan bobot dan gaya serta keluasan tafsiran. Klimaks dalam bahasa
konotatif dapat dijumpai pada puisi.Setiap ungkapan di dalam hasil sastra,
kata-kata tidak terikat oleh arti pusat saja, tetapi mempunyai arti yang
imajinatif.Sebuah sajak adalah pernyataan singkat dari fikiran-fikiran
yang besar. Dengan kesingkatannya ia lalu menjadi kecil ditengah lingkupnya
yang besar atau dengan istilah lain puisi menjadi kecil di tengah kebesaranya.
Pada
waktu sekarang, puisi kian diminati oleh masyarakat, baik oleh para pelajar,
mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya.Akan tetapi, puisi sukar dimengerti
karena kompleksitas, pemadatan, kiasan-kiasan, dan pemikirannya yang sukar.Oleh
karena itu, perlu adanya kajian puisi. Kajian adalah memahami karya sastra
dalam hal ini puisi dengan cara menilai, menganalisisdan menginterpretasi
melalui berbagai pendekatan atau teori tertentu. Berdasarkan latar belakang
tersebut penulis membuat makalah ini dengan menawarkan dan menghadirkan salah
satu model kajian puisi dengan menggunakan teori strukturalisme-semiotik.Untuk
model kajian, di sini penulis memilih sajak karya KH.Mustofa Bisri yang menurut
penulis sangat unik karena sajaknya yang cukup pendek.
2.
Rumusan
Masalah
Rumusan
Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
diksi dalam sajak keadilan karya K.H Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)?
2. Bagaimanakah
pembacaan semiotik dalam sajak keadilan karya K.H Ahmad Mustofa Bisri (Gus
Mus)?
3.
Tujuan
Berdasarkan
masalah yang diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan
tentang diksi sajak puisi keadilan karya K.H Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)
2. Menjelaskan
mengenai pembacaan semiotik dalam sajak keadilan karya K.H Ahmad Mustofa Bisri
(Gus Mus)
B. TEORI
DAN METODE ANALISIS
I.
Teori
Strukturalisme-Semiotik
Teori
strukturalisme-semiotik merupakan penggabungan dua teori strukturalisme dan
teori semiotik.Strukturalisme dan semiotik itu berhubungan erat.Semiotik merupakan
perkembangan strukturalisme. (Junus, 1981: 17)
Pada
intiya, teori strukturalisme dalam karya sastra adalah sebagai berikut : karya
sastra itu merupakan sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya
saling berjalinan erat. Dalam struktur itu unsur-unsurnya tidak mempunyai makna
dengan sendirinya maknanya ditentukan oleh saling hubngannya dengan unsur-unsur
lainnya dan keseluruhan atau totalitasnya.Unsur karya sastra itu hanya dapat
dipahami dan dinilai sepenuh-penuhnya atas dasar pemahman tempat dan fungsi
unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.Antara unsur karya sastra itu ada
koherensi atau pertautan erat, unsur-unsur itu tidak otonom, tetapi merupakan
bagian dari situasi yang rumit, dari hubungannya dengan bagian lain dari
unsur-unsur itu mendapatkan maknanya.Analisis struktural sukar dihindari sebab
analisis demikian itu baru memungkinkan tercapinya pemahaman yang optimal.
(Pradopo, 1995:98)
Akan
tetapi, analisis berdasarkan teori strukturalisme murni mempunyai banyak
kekurangan. Kelemahan pokok analisis struktural murni itu : (a) melepaskan
karya sastra dari rangka sejarah sastra, b) mengasingkan karya sastra dari
rangka sosial budayanya hal ini disebabkan karena analisis struktural itu
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, tidak memerlukan pertolongan dari luar
struktur, padahal karya sastra itu tidak dapat terlepas dari situasi
kesejarahannya dan kerangka sosial budayanya. Di samping itu, peranan pembaca
sebagai pemberi makna dalam interpretasi karya sastra tidak dapat diabaikan.Tanpa
aktivitas pembaca, karya sastra sebagai artefak tidak mempunyai makna.
Melihat
kondisi seperti itu, maka untuk menganalisis karya sastra, selain berdasarkan
strukturalisme diperlukan juga analisis berdasarkan teori lain, yaitu yang
sesuai dengan teori ini ialah teori semiotik.Struktur yang berdasarkan semiotik
oleh Jan Mukarovsky dan Felix Vodica disebut strukturalisme dinamik yaitu untuk
dapat memahami sastra sepenuh-penuhnya sebagai struktur, haruslah diinsafi ciri
khas sastra sebagai tanda (sign).Tanda itu baru bermakna bila diberi makna oleh
pembaca berdasarkan konvensi yang berhubungan dengannya.
Preminger
mengemukakan bahwa studi sastra yang bersifat semiotik itu adalah usaha untuk
menganalisis karya sastra sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan
konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan
melihat variasi-variasi di dalam struktur karya sastra atau hubungan dalam
antar unsur-unsurnya, akan dihasilkan bermacam-macam makna.
II.
Metode
Strukturalisme-Semiotik
Metode
yang digunakan di dalam memahami sajak karya KH. Mustofa Bisri “Keadilan”
adalah
a)
Sajak dianalisis ke dalam unsur-unsurnya dengan cara memperhatikan saling
hubungan antar unsur-unsurnya dengan keseluruhan.
b)
Tiap unsur sajak itu dan keseluruhannya diberi makna yang sesuai dengan
konvensi puisi.
c)
Setelah sajak dianalisis ke dalam unsur-unsurnya dilakukan pemaknaannya, sajak
dikembalikan kepada dalam totalitasnya di dalam kerangka semiotik.
d) Untuk
pemaknaan itu diperlukan pemaknaan pembacaan secara semiotik yaitu pembacaan
heuristik dan pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik.
C. PEMBAHASAN
i.
Sajak
yang dianalisis
KEADILAN
Hampir
Tertangkap mimpi.
[1411/1991]
ii.
Diksi
(Pemilihan Kata)
Kata adalah segalanya dalam sajak, meskipun ada penyair yang
kurang memperhatikan kata sebagai kata di dalam sajaknya, melainkan lebih
menempatkan bunyi dan bentuk visual dalam merebut makna. (Abdul Wachid B.S, 2010:67).
Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya
seperti yang dialami batinnya. Barfield mengemukakan bahwa bila kata-kata
dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya dimaksudkan
untuk menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis
(1952: 41). M.H. Abrams (1981:13)berpandangan bahwa pilihan kata
dalam sajak diartikan sebagai pilihan kata atau frase dalam karya sastra
“Hampir tertangkap mimpi”, pada
sajak yang berjudul keadilan itu, penulis mencoba mempertanyakan tentang
keadilan yang hampir tertangkap oleh mimpi.Dengan memilih kalimat ‘hampir
tertangkap mimpi’ penyair ingin mencurahkan isi pemikirannya terhadap keadilan
yang ada di Indonesia. Penyair merasa prihatin dalam dalam proses penegakan
hukum di Indonesia. Panggung hukum dan peradilan belum menjadi ruang penegakan
keadilan.Rakyat kecil sering menjadi korban, kambing hitam, dan martir politik.
“Hampir tertangkap mimpi” merupakan
ungkapan yang memiliki nada pesimis, tetapi menyimpan makna yang
mendalam.Sindiran yang menyentil dan pendek, namun menggugah.
Menegakkan keadlian itu tidak perlu
banyak bicara, tetapi praktik nyata dan bukan hanya retorika.Itulah gambaran tentang keadilan dalam
puisi karya K.H Ahmad
Mustofa Bisri
(Gus Mus) yang menekankan
bahwa keadilan di negeri kita ini masih sangat sulit untuk diwujudkan.
iii.
Pembacaan
Semiotik
Untuk dapat memberi makna sajak
secara struktural semiotik, pertama kali dapat dilakukan dengan pembacaan
heuristik dan hermeneutic (Riffaterre, 1978: 5-6)
Pembacaan heuristik adalah pembacaan
berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara semiotik adalah berdasarkan
konvensi sistem semiotik tingkat pertama.Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan
karya sastra (sajak) berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau konvensi
sastranya.Pembacaan Hermeneutik adalah pembacaan ulang sesudah pembacaan
heuristik dengan memberikan tafsiran berdasarkan konvensi sastranya.
a. Pembacaan
Heuristik
Pembacaan
Heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara
semiotik berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama.Pada umumnya,
bahasa puisi menyimpang dari penggunaan bahasa biasa atau bahasa normatif
(Pradopo, 1987: 296)
Pembacaan
heuristik dari sajak tersebut dapat dimaknai sebagai berikut:
Keadilan
berasal dari kata dasar adil yang
berarti tidak memihak, tidak berat sebelah, atau tidak sewenang- wenang.Jadi
keadilan adalah sifat yang adil.Hampir
berarti sebentar lagi atau mendekati, tertangkap
adalah memegang dengan tangan terhadap sesuatu yang bergerak cepat, mimpi adalah sesuatu yang dilihat,
dirasakan,dan didengar dalam tidur.
Parafrase
dari puisi ini adalah hampir saja
keadilan terungkap oleh mimpi.Puisi ‘Keadilan’ dapat diartikan secara
heuristik yaitu seorang yang mencari keadilan, tetapi keadilan itu hanya hampir
terungkap oleh mimpi.
b. Pembacaan
Hermeneutik
Pembacaan
hermeneutik adalah pembacaan karya sastra (sajak) berdasarkan sistemsemiotik
tingkat kedua atau konvensi sastranya.Pembacaan Hermeneutik adalah pembacaan
ulang sesudah pembacaan heuristik dengan memberikan tafsiran berdasarkan
konvensi sastranya.
Dalam
pembacaan hermeneutik ini sajak dibaca berdasarkan konvensi-konvensi sastra
menurut sistem semiotik tingkat kedua.Konvensi sastra yang memberikan makna itu
di antaranya konvensi sastra yang memberikan makna itu di antaranya konvensi
ketaklangsungan ucapan (ekspresi) sejak (puisi).Dikemukakan Riffaterre (1978:
2) ketaklangsungan ekspresi sajak itu disebabkan oleh 1) penggantian arti, 2)
Pemencongan atau penyimpangan arti, 3) penciptaan arti.
Pembacaan
hermeneutik dari puisi “Keadilan” dapat dimaknai sebagai berikut.Setiap orang
sudah pantasnya mendapatkan keadilan.Tetapi dalam puisi ‘Keadilan’ ini
sebenarnya bermakna ‘ketidakadilan’.Karena masih banyak kenyataan yang
menunjukkan tidak setiap manusia mendapatkan keadilan.
Untuk
saat ini rakyat kecil/ miskin sangat sulit mendapatkan keadilan, sehingga
keadilan perlu ditegakkan. Maka dalam puisi ini dinyatakan dengan /hampir terungkap mimpi//karena suatu
kekecewaan yang seharusnya keadilan itu diperoleh tapi tidak dapat dirasakan.
Sehingga ditegaskan mereka hanya hampir mendapatkan (tertangkap) dan itupun
hanya dalam mimpi yang artinya tidak dalam kehidupan nyata.
Dengan
demikian puisi tersebut memberikan pesan bahwa masih banyak orang yang sangat
sulit mendapatkan keadilan.
iv.
Matriks
Untuk
membuka sajak supaya mudah dipahami, dalam konkretisasi puisi, harusalah dicari
matriks atau kata kuncinya.Kata kunci adalah kata yang menjadi kunci penafsiran
sajak yang dikonkretisasikan.
Matriks
dalam puisi ini adalah ketidakadilan.Ketidakadilan
berhubungan dengan kata-kata lainnya, dan menjadi pusatnya.Keadilan yang ada
dalam sajak merupakan keadilan yang hampir terungkap oleh mimpi.Akan tetapi,
masih belum terungkap karena masih terdapat didalam mimipi.Proses penegakan hukum di Indonesia
misalnya, panggung hukum dan peradilan belum menjadi ruang penegakan keadilan
karena pemerintahan di Indonesia dipimpin oleh orang-orang yang tidak adil terhadap rakyat kecil sehingga
rakyat kecil sering menjadi korban ketidakadilan.
v.
Intertekstual
Intertekstual
adalah hubungan antar teks dalam sajak. Intertekstual juga merupakan cara untuk
memproduksi karya sastra secara semiotik.
Karya
sastra termasuk puisi, tidak lahir dalam kekosongan budaya, termasuk
sastra.Sebuah sajak merupakan tanggapan terhadap sajak-sajak sebelumnya.Ada
istilah khusus yang dikemukakan Riffatere (1978: 83) yaitu hypogram. Hipogram
adalah teks yang menjadi latar penciptaan teks lain atau sajak yang menjadi
latar penciptaan sajak lain.
Hipogram
dalam sajak “Keadilan” diambil dari Al-Quran.Hipogram tentang keadilan terdapat
dalam QS. An- Nisa [4]:135.
Wahai
orang – orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum
kerabatmu.Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya).Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata- kata)
atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa
yang kamu kerjakan.
Intertekstual
tentang keadilan juga dapat dilihat dalam Pancasila sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”.
D. KESIMPULAN
Sebuah sajak yang dipilih dengan diksi yang baik dapat membuat karyanyaterlihat baik.Pemilihan kata
(diksi) dapat mewakili perasaan penyair dalam karya sastranya.Pembacapun
dapat memahami sajak dengan
mudah karena
adanya pembacaan semiotik, yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. Kemudian ada matriks, model dan
intertekstual yang juga membuat pembaca menjadi lebih mudah dalam memahami
sajak tersebut.
Dalam sajak yang berjudul “keadilan” terdapat diksi yang cukup menarik.Penyair
menggunakan pilihan kata yang cukup pendek dalam sajaknya tersebut.Hampir
tertangkap mimpi merupakan gambaran penyair tentang ketidakadilan yang masih
terjadi di Indonesia dan masih sulitnya untuk menegakkan keadilan.
E.
PENUTUP
Sajak karya K.H Ahmad Mustofa Bisri
yang berjudul keadilan, yang penulis analisis menggunakan kajian strukrural
semiotik terdapat diksi yang cukup menarik dalam sajaknya yang pendek
tersebut.Di dalam makalah ini, penulis tidak hanya menganalisis diksi tetapi
juga pembaacaan semiotiknya.Diksi atau pemilihan kata yang dianalisis penulis
merupan gambaran tentang keadilan di Indonesia.
Masalah-masalah yang terjadi di
Indonesia, salah satunya tentang keadilan membuat penyair, K.H Ahmad Mustofa
Bisri terinspirasi dalam menulis sajak. Oleh karena itu banyaksajak K.H Ahmad Mustofa Bisri mengenai
kondisi pemerintahan yang terjadi di Indonesia.
Semoga analisis strukturalisme
semiotik terhadap diksi pada sajak karya K.H Ahmad Mustofa Bisri yang berjudul
keadilan dapat membawa manfaat bagi pembaca dan penulis sendiri tentunya.Kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dalam perbaikan makalah ini
agar lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Wachid,
Abdul. 2010. Analisis Struktural Semiotik. Yogyakarta: Cinta Buku
_________.
2012. Teori Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pradopo,
Rachmad Djoko.1987. Pengkajian Puisi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Pradopo,
Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
0 komentar